Jumat 27 Mar 2020 17:02 WIB

Corona Tembus 1.000, Yuri: Banyak yang Abai Soal Jaga Jarak

Dalam 24 jam terakhir, ada penambahan 153 orang yang terinfeksi virus corona.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Andi Nur Aminah
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto menyampaikan keterangan pers di Graha BNPB, Jakarta, Jumat (27/3/2020). Berdasarkan data hingga Jumat (27/3/2020) pukul 12.00, jumlah kasus positif COVID-19 mencapai 1.046 orang di 27 provinsi se-Indonesia, dengan jumlah pasien sembuh mencapai 46 orang dan meninggal dunia mencapai 87 orang.
Foto: ANTARA/Nova Wahyudi
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto menyampaikan keterangan pers di Graha BNPB, Jakarta, Jumat (27/3/2020). Berdasarkan data hingga Jumat (27/3/2020) pukul 12.00, jumlah kasus positif COVID-19 mencapai 1.046 orang di 27 provinsi se-Indonesia, dengan jumlah pasien sembuh mencapai 46 orang dan meninggal dunia mencapai 87 orang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menyayangkan masih banyak masyarakat yang belum menjalankan prinsip jaga jarak sosial dan fisik secara ketat. Sikap abai masyarakat ini disebut ikut berkontribusi terhadap lonjakan jumlah pasien positif Covid-19 yang terus berlanjut hingga Jumat (27/3) ini.

Dalam 24 jam terakhir, ada penambahan 153 orang yang terinfeksi virus corona sehingga total kasus positif di Indonesia sebanyak 1.046 jiwa. "Dari hari ke hari kita melihat ada penambahan kasus yang signifikan, ini menandakan bahwa proses penularan masih berlangsung terus menerus di tengah masyarakat. Berarti ada kontak dekat yang terjadi dengan kasus ini sehingga terjadi penularan dan memunculkan angka sakit," jelas Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto, Jumat (27/3).

Baca Juga

Yurianto kembali mengingatkan masyarakat untuk benar-benar menerapkan prinsip jaga jarak di tengah kehidupan sosial. Secara teknis, obrolan yang dilakukan dalam jarak kurang dari 1,5 meter berpotensi menularkan virus corona. Virus ini menular melalui droplet atau cairan ludah yang keluar saat seseorang bersin atau batuk.

Penularan juga bisa terjadi melalui kontak tak langsung. Peralatan yang digunakan secara bersama-sama, misalnya gagang pintu, pegangan berdiri di dalam kereta atau bus, hingga railing tangga merupakan media penularan yang cukup ampuh. Droplet dari orang positif Covid-19 bisa saja menempel di alat-alat tersebut dan berpindah ke orang lain melalui sentuhan.

"Kemudian secara langsung (orang yang menyentuh) lanjut makan atau minum tanpa cuci tangan atau menyentuh hidung mulut mata. Inilah yang menjadi bukti bahwa kasus ini masih terus menular. Saya minta mari kita patuhi bersama tentang kontak dekat," jelas Yurianto. 

Masyarakat juga diingatkan bahwa anak muda dengan imunitas yang masih baik bisa saja berperan sebagai carrier atau pembawa virus corona. Kendati tanpa mengalami gejala seperti demam, batuk, atau pilek, anak muda yang positif Covid-19 ini tetap bisa menularkan virus tersebut ke orang lain seperti orang tua.

"Sehingga tanpa disadari, kondisi tubuh yang penuh dengan virus dia sebarkan ke mana-mana melalui kontak dekat dengan keluarga. Apabila ini mengenai kelompok rentan, baik usia tua atau yang memiliki penyakit penyerta, maka dampak yang muncul bisa serius," jelasnya.

Pemerintah juga masih menjalankan rapid test atau tes cepat Covid-19 terhadap siapapun yang pernah melakukan kontak langsung dengan pasien positif. Per Jumat (27/3) ini sudah ada 500 ribu kit rapid test yang didistribusikan ke daerah-daerah. Rapid test digunakan untuk memetakan sebaran Covid-19 dan meningkatkan pencegahan dengan cara isolasi diri. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement