REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Gunung Merapi kembali mengalami erupsi pada Sabtu (28/3) pagi. Erupsi ini menjadi letusan yang keempat sepanjang Maret 2020, setelah terjadi dua kali pada Jumat (27/3) dan satu kali pada Selasa (3/3) lalu.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Kaliurang, Heru Suparwaka melaporkan, erupsi terjadi sekitar pukul 05.21. Erupsi tercatat di seismogram memiliki amplitudo 50 milimeter dan berdurasi 180 detik.
"Teramati tinggi kolom erupsi 2.000 meter, arah angin saat erupsi ke barat," kata Heru, Sabtu (28/3).
Selama pukul 00.00-06.00, ada enam kali hembusan amplitudo 5-25 milimeter durasi 21-76 detik. Lalu, 10 gempa low frekuensi amplitudo 2-20 milimeter durasi 6-68 detik dan dua gempa hybrid amplitudo tiga milimeter durasi 4-7 detik.
Secara meteorologi, cuaca dilaporkan berawan dan mendung, dan angin bertiup lemah ke arah barat. Suhu udara 18-22 derajat celcius, kelembaban udara 76-90 persen dan tekanan udara 653-708 milimeter merkuri.
Potensi ancaman bahaya saat ini berupa luncuran awan panas dari runtuhnya kubah lava dan jatuhan material vulkanik dari letusan eksplosif. Maka itu, area radius tiga kilometer dari puncak agar tidak ada aktivitas manusia.
"Masyarakat agar mengantisipasi bahaya abu vulkanik dari kejadian awan panas maupun letusan eksplosif, masyarakat agar mewaspadai bahaya lahar, terutama saat terjadi hujan di sekitar puncak Gunung Merapi," ujar Heru.