REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Para pemuka dari berbagai agama sepakat mengimbau umatnya menghindari kerumunan sepanjang pandemi Corona. Hal ini sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran corona.
"Hindari kerumunan sekalipun itu atas nama ibadah," kata Sekretaris Komisi Fatwa MUI, KH Asrorun Niam Sholeh, dalam konferensi pers di Kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Sabtu (28/3).
Asrorun mengemukakan MUI telah mengeluarkan Fatwa No.14/2020 tentang pedoman pelaksanaan ibadah. Isinya antara lain ibadah yang dijalankan dengan cara kerumunan agar seminimal mungkin dilarang dan dihindari.
Sekretaris Umum Pendeta Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Jacklevyn F Manuputty, telah mengeluarkan imbauan sejak 13 Maret agar seluruh umat menjaga jarak dan menghindari ibadah-ibadah yang sifatnya kerumunan.
Hal senada dilakukan Relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Hong Tjhin. Dia menyatakan umat Buddha diimbau untuk menghentikan kegiatan yang sifatnya berkumpul, dan menjaga jarak minimal dua meter.
"Ada rekomendasi agar kegiatan di tempat ibadah bisa dilakukan dengan bantuan teknologi," ujar Hong Tjhin.
Sekretaris Komisi Komunikasi Sosial Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Romo Steven, menuturkan para uskup sudah mengeluarkan arahan khusus.
Isinya agar seluruh umat mengikuti perayaan gerejawi tanpa hadir secara bersama-sama, tetapi bisa melalui media sosial digital.
Sedangkan Ketua Bidang Kesehatan dan Sosial Kemanusiaan Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat, Nyoman Suartanu, menyatakan untuk mencegah COVID-19, umat Hindu melakukan kegiatan keagamaan dari rumah.
"Mulai dari melakukan doa hingga meditasi untuk kesembuhan dan perbaikan bangsa," sebut Nyoman Suartanu.
Sejumlah pemuka agama itu hadir dalam jumpa pers bertajuk "Anjuran Pelaksanaan Kegiatan Keagamaan Berkaitan dengan Self-Distancing untuk Menghindari Penyebaran COVID-19".
Sebelumnya, Juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19, Achmad Yurianto, menyatakan kontak dekat sebagai faktor utama pertambahan jumlah kasus COVID-19 di Tanah Air.
"Ada kontak dekat yang terjadi dengan kasus ini, sehingga mengakibatkan penularan kemudian memunculkan angka pasien sakit," kata Yurianto dalam konferensi di Graha BNPB, Jakarta, Jumat (27/3).