REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dompet Dhuafa (DD) berencana membangun rumah sakit (RS) darurat berbasis kontainer yang berlokasi di Rumah Sakit Terpadu (RST) DD di Parung, Jawa Barat. Supaya RS bisa dibangun, dibutuhkan dana sekitar Rp 2,9 miliar. Dengan hitungan, satu unit ruangan senilai Rp 209 juta.
General Manager Wakaf Dompet Dhuafa Bobby Manullang menjelaskan, DD akan membangun konstruksinya. RS darurat ini terdiri atas kubikasi 10 unit kontainer yang nantinya berisi alat-alat kesehatan lengkap yang dibutuhkan dalam penanganan wabah corona atau Covid-19.
"RS darurat tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan penunjang fasilitas RST DD," ungkap Bobby kepada Republika.co.id, Ahad (29/3).
Bobby memaparkan, RS darurat itu nantinya berfungsi sebagai ruang isolasi bagi pasien positif corona. Sebab, penanganan pasien positif corona tidak bisa dicampur dengan pelayanan medis reguler.
"Kami lihat, di wilayah Kabupaten Bogor dan sekitarnya, beberapa pasien suspect corona mulai berdatangan. Jadi RS ini perlu dibangun supaya bisa melakukan tindakan proaktif demi menekan angka hidden suspect pasien corona," kata Bobby menjelaskan.
Menurut dia, saat ini masih banyak orang yang tidak sadar terpapar virus sehingga tetap beraktivitas seperti biasa. Ada pula yang sudah sadar terpapar, tapi karena aksesnya terlalu jauh, akhirnya enggan berobat.
"RS darurat itu nanti bisa menjadi sebuah command center agar DD juga berperan aktif melakukan identifikasi pasien suspect di pinggiran Jakarta," kata Bobby.
Hanya saja ia belum bisa memastikan kapan RS darurat mulai dibangun. Sebab pada program wakaf penanganan corona terdapat beberapa rekening. Ada rekening khusus alat kesehatan, khusus pembangunan RS, dan sebagainya.
"Pada akhirnya, DD akan tentukan lewat komite wakaf yang kami kelola, apakah dana yang terkumpul disalurkan sesuai rekening masing-masing atau seperti apa. Saya belum bisa lihat pemilahannya secara pasti," kata Bobby.
Bobby mengasumsikan, misal dari Rp 1 miliar dana wakaf yang telah terkumpul lebih besar di akun alat kesehatan atau sekitar Rp 700 juta, lalu sisanya Rp 300 juta di akun RS darurat. Maka baru sekitar sepertujuh dari kebutuhan dana pembangunan RS.
"Berarti pembangunan RS darurat belum bisa dilaksanakan. Kita lihat nanti lebih urgent bangun RS atau (penyediaan) alat kesehatan dulu," kata Bobby.