Selasa 31 Mar 2020 13:56 WIB

Sikap BUMN Pilah Pengerjaan Proyek Dipandang Tepat

BUMN mau tak mau harus menyusun ulang strategi bisnisnya.

Rep: M Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abra Talattov menilai apa yang dilakukan Menteri BUMN Erick Thohir telah tepat terkait pemilahan pengerjaan proyek di tengah pandemi corona saat ini.
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abra Talattov menilai apa yang dilakukan Menteri BUMN Erick Thohir telah tepat terkait pemilahan pengerjaan proyek di tengah pandemi corona saat ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abra Talattov menilai apa yang dilakukan Menteri BUMN Erick Thohir telah tepat terkait pemilahan pengerjaan proyek di tengah pandemi corona saat ini. Abra menilai BUMN mau tak mau harus menyusun ulang kembali strategi bisnisnya saat ini.

"Identifikasi atau seleksi ulang proyek-proyek BUMN seluruh sektor penting dilakukan melihat kondisi sekarang, ekonomi setengah lumpuh sehingga sangat relevan mereka kaji ulang," ujar Abra saat dihubungi Republika.co.id di Jakarta, Selasa (31/3).

Baca Juga

Abra menyampaikan aktivitas perusahaan, termasuk perusahaan-perusahaan milik negara saat ini berjalan tidak normal. Terlebih, BUMN-BUMN yang bergerak di bidang jasa penerbangan hingga manufaktur lantaran kesulitan bahan baku dan proses produksi.

Tekanan lain datang dari para investor. Menurut Abra, investor yang menjalin kerja sama dengan BUMN saat ini relatif melakukan penundaan investasi selama pandemi Korona. Abra menyebut proyek yang sifatnya infrastruktur tidak hanya investasi yang masuk tapi teknologi dan tenaga kerja asing juga pasti akan terimbas.

"Pemerintah harus konsisten menghambat aliran TKA untuk sementara waktu dan harus review proyek dari pembiayaan karena  likuiditas di dalam negeri penuh dengan tekanan karena nilai tukar rupiah terus melemah," ucap Abra. 

Abra menilai BUMN memiliki risiko besar apabila tetap memaksakan proyek dengan menerbitkan global bond yang akan berujung pada semakin membesarnya beban BUMN. BUMN, lanjut Abra, juga perlu memikirkan tekanan keuangan dari kewajiban jangka pendek seperti utang jangka pendek.

"Opsinya bisa dengan B to B (business to business), melakukan restrukturisasi yang harus didorong terus," kata Abra. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement