Rabu 01 Apr 2020 01:57 WIB

Intelijen AS Sulit Petakan Penyebaran Virus Corona

Intelijen AS sulit petakan penyebaran virus corona di China, Korut, dan Rusia

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Badan Intelijen Pusat (CIA) Amerika Serikat. Intelijen AS sulit petakan penyebaran virus corona di China, Korut, dan Rusia. Ilustrasi.
Foto: overthinkingit.com
Badan Intelijen Pusat (CIA) Amerika Serikat. Intelijen AS sulit petakan penyebaran virus corona di China, Korut, dan Rusia. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Badan intelijen Amerika Serikat (AS) kesulitan mendapatkan gambaran yang tepat tentang situasi virus corona di seluruh dunia. Sebab mereka tidak bisa memetakan penyebaran virus itu secara akurat di China, Rusia, dan Korea Utara (Korut).

Hal ini dikatakan lima orang sumber pemerintah AS yang mengetahui laporan badan-badan intelijen AS. Dua orang sumber mengatakan badan intelijen AS juga hanya mendapatkan pengetahuan yang terbatas tentang dampak virus corona di Iran walaupun informasi kasus infeksi dan kematian pejabat maupun masyarakat disediakan pemerintah Iran dan disebarkan di media sosial. Badan intelijen AS menilai China, Rusia, Korut, dan Iran adalah empat 'target yang sulit'.

Baca Juga

Pemerintah empat negara itu sangat mengendalikan informasi di negara mereka bahkan sebelum pandemi. Sangat sulit mendapatkan data intelijen dari pemerintahan yang tertutup seperti empat negara itu.

Pakar mengatakan data yang akurat akan membantu AS dan masyarakat internasional membatasi dampak ekonomi dan korban manusia akibat Covid-19. Badan-badan intelijen AS tidak hanya mencari data angka yang akurat tapi juga bagaimana konsekuensi politik mengatasi krisis ini.

"Kami ingin memiliki data yang cukup akurat dan langsung untuk memahami di mana titik panas dan di mana virus berevolusi di seluruh dunia," kata pakar lembaga think tank Center for Global Development, Jeremy Konyndyk, Selasa (31/3).

Konyndyk pernah memimpin lembaga Bantuan Bencana Luar Negeri AS (OFDA) dari 2013 sampai 2017. Ia memimpin lembaga yang berada di bawah naungan United States Agency for International Development (USAID) itu saat AS membantu mengatasi wabah ebola. 

"Dunia tidak bisa menghilangkan hal sampai kami bisa menghilangkannya di seluruh dunia," tambah Konyndyk.

Salah seorang sumber mengatakan badan intelijen AS mulai melaporkan wabah virus corona sejak Januari. Mereka sudah memberikan peringatan dini tentang wabah penyakit pernapasan di Wuhan, China.

Kini pandemi Covid-19 berkembang menjadi 740 ribu kasus di 200 negara dan wilayah kedaulatan. AS menjadi negara yang dengan kasus tertinggi di seluruh dunia dengan 152 ribu kasus.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement