Selasa 31 Mar 2020 23:03 WIB

BI Dukung Stimulus Fiskal yang Lebih Luas

Stimulus pada masyarakat yang terimbas akan mengurangi beban perbankan.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Fuji Pratiwi
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menyampaikan perkembangan stabilitas ekonomi terkini dalam menghadapi wabah Covid-19, pekan lalu. Dalam kegiatan yang sama pekan ini, BI mendukung perluasan kebijakan fiskal.
Foto: Dok. Bank Indonesia
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menyampaikan perkembangan stabilitas ekonomi terkini dalam menghadapi wabah Covid-19, pekan lalu. Dalam kegiatan yang sama pekan ini, BI mendukung perluasan kebijakan fiskal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mendukung stimulus fiskal yang dikeluarkan lebih besar untuk meringankan beban masyarakat dan industri karena wabah Covid-19. Gubernur BI, Perry Warjiyo menyebut stimulus termasuk untuk sektor kesehatan dan jaring pengaman ekonomi sosial masyarakat.

"Kita lihat kembali kondisi global yang menurun, kita diskusikan perlunya stumulus fiskal yang lebih besar," kata Perry, Selasa (31/3).

Perry menyampaikan wabah Covid-19 telah membawa dampak pada masyarakat, industri mulai dari sektor kecil hingga korporasi, dan perbankan. Aktivitas usaha banyak terhambat, termasuk ekspor, impor, dan investasi.

Ini menjadi perhatian pemerintah, BI, OJK, dan LPS untuk mengeluarkan kebijakan yang mengurangi beban ekonomi masyarakat. Stimulus fiskal, termasuk seperti kartu prakerja, keringanan bagi UMKM, dan lainnya akan terus ditingkatkan.

Stimulus pada masyarakat atau sektor yang terimbas, kata Perry, akan mengurangi beban juga pada perbankan. OJK sendiri telah meluncurkan kebijakan relaksasi angsuran perbankan.

"Dari BI kita sudah turunkan suku bunga acuan, memastikan likuiditas di pasar lebih dari cukup, juga terus relaksasi makroprudensial," kata Perry.

Perry memastikan koordinasi dan sinergi antara pemerintah, OJK, LPS, dan BI sangat erat, intensif, dan cepat. Sehingga bisa bersama menakar dampak Covid-19 terhadap kondisi ekonomi dunia usaha.

Ia juga menyatakan, BI akan segera mengeluarkan hitungan proyeksi pertumbuhan ekonomi terbaru dalam waktu dekat. Ini seiring dengan perkembangan terbaru kondisi global. IMF sendiri telah mengindikasikan adanya resesi global.

Perry mengatakan pemerintah dan regulator terus memantau perkembangan global. Ia menyampaikan, apa yang terjadi di pasar internasional pasti akan berdampak ke Indonesia, baik secara langsung maupun tidak.

"Tidak hanya karena rantai pasokan perdagangan global tapi juga mobilitas manusia, investasi, ekspor, impor, membawa dampak menurunnya aktivitas ekonomi kita di dalam negeri," kata Perry.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement