Rabu 01 Apr 2020 13:04 WIB
Prancis

Kisah Hidup Di Tengah Lockdown di Prancis

Lockdown di Prancis

Suasana belanja di Paris selama Lockdown. Lihat kasir dibatasi denga kaca untuk mencegah penulran virus corona.
Foto: surat dunia
Suasana belanja di Paris selama Lockdown. Lihat kasir dibatasi denga kaca untuk mencegah penulran virus corona.

Oleh: Desi Ratna Sari, WNi tinggal di Paris.

Hari ini minggu 29 Maret 2020 hari ke 12 lockdown di Perancis, bertepatan dengan pergantian waktu menyambut tibanya musim semi. Beras yang biasanya banyak di Supermarket saat itu mendadak habis. Beruntung saat kami cari ke Supermarket lain masih ada tapi yang ukuran berat 20 kg dan langsung kami beli untuk bekal persediaan selama lockdown. Untuk sayuran kami beli sebagian yang segar dan sebagian sayuran beku begitu juga dengan lauk pauk yang lainnya.

Antrian panjang untuk masuk ke supermarket dengan menjaga jarak

Sebenarnya kalau untuk berbelanja bisa keluar dengan catatan membawa surat izin keluar rumah. Tapi kami memilih untuk tidak keluar rumah sampai stok makanan habis karena melihat tingkat penularan virus yang sangat cepat dan tingkat kematian yang sangat tinggi.Kami lebih baik untuk menjaga diri dan juga menjaga orang lain dengan mematuhi aturan pemerintah. Di lingkungan apartemen tempat kami tinggal banyak pensiunan dan lanjut usia yang mana sangat rentan apabila tertular virus Corona.

Suami saya bekerja dari rumah. Saya meskipun tidak bekerja tapi masih mengikuti kursus bahasa Perancis yang jadwal normalnya 3 kali dalam seminggu. Guru saya mengirimkan tugas-tugas lewat e-mail.

Setelah hari ke 12 persediaan sayur, buah dan lauk pun sudah menipis dan pertama kalinya suami saya yang berbelanja. Antrean di depan supermarket sudah menjadi biasa bagi kami selama masa lockdown. Ini karena diberlakukan sistem 10 orang masuk dan 10 orang keluar dan rata-rata waktu tunggu sekitar 15 menit atau bisa juga lebih lama.

Pemasangan kaca pelindung di setiap kasir

Pelindung kaca juga dipasang disetiap kasir yang membatasi antara para pembeli yang akan membayar dan kasir. Semua dijaga agar tidak ada kontak dan antara kasir dan pembeli bisa terjaga.

Di tempat kami tinggal sebelum jam 8 malam peluit berdering untuk mengingatkan kepada para penghuni tempat tinggal agar bersiap-siap keluar dari teras atau jendela masing-masing untuk bertepuk tangan selama kurang lebih 1 menit dan ini dilakukan setiap jam 20:00. Ini adalah bentuk solidaritas yang ditujukan ke semua tenaga medis, dokter dan semua yang berjuang digaris depan untuk menyelamatkan pasien korban virus Corona.

 
Video solidaritas warga dengan tepuk tangan

Selama lockdown kami menjalankan aktivitas seperti biasa, Hanya saja semuanya dilakukan di rumah, Untuk pembayaran tagihan yang biasanya kami kirim lewat cek melalui pos. Sekarang pun sudah ada peraturan baru pembayaran tagihan bisa lewat transfer antar bank untuk makanan dan keperluan lainnya. Alhamdulillah semua terpenuhi tidak ada kekurangan.

Kami berharap seiring dengan lockdown ini semoga bisa memutuskan rantai penularan virus dan keadaan kembali normal seperti sedia kala.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement