REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah China meningkatkan pengawasan atas ekspor alat uji virus corona setelah beberapa negara Eropa mengeluhkan keakuratan beberapa alat tes buatan China.
"Eksportir China dari alat tes virus corona sekarang harus mendapatkan sertifikat registrasi dari National Medical Products Administration (NMPA) agar dapat memperoleh izin bea cukai China," ujar pihak NMPA dalam sebuah pernyataan Selasa malam.
Beijing telah mendorong perusahaan-perusahaan China untuk mengekspor alat tes dan pasokan lain untuk membantu memerangi pandemi virus corona. Beberapa pembuat alat uji China telah memanfaatkan peraturan Uni Eropa yang lebih mudah untuk memasukkan produk mereka ke pasar sebelum disetujui di dalam negeri.
Pada Maret, Lei Chaozi, seorang pejabat di Departemen Pendidikan, mengatakan alat uji buatan China telah dipasok ke 11 negara, termasuk Inggris, Italia dan Belanda. Tetapi keakuratan beberapa alat uji China yang dipasarkan di luar negeri tanpa persetujuan China telah dipertanyakan oleh otoritas kesehatan Eropa.
Spanyol menarik sejumlah alat uji cepat yang dibuat oleh perusahaan diagnostik China Shenzhen Bioeasy Biotechnology setelah produk tersebut ditemukan memiliki sensitivitas rendah, yang berarti mereka tidak dapat mendeteksi infeksi secara memadai.
Bioeasy mengatakan dalam sebuah pernyataan pekan lalu pembacaan yang tidak akurat bisa jadi karena sampel tidak dikumpulkan dan diproses dengan benar. Bioeasy mengatakan gagal berkomunikasi secara memadai dengan klien tentang cara menggunakan alat uji itu.
Secara terpisah, seorang juru bicara dari juru bicara kementerian luar negeri China mengatakan pekan lalu bahwa pejabat pemerintah Slovakia telah mempertanyakan keandalan alat uji cepat yang dibeli dari China.
Kesimpulan awal dari konsulat China di Slovakia adalah bahwa ketidakakuratan adalah akibat dari pekerja medis yang menggunakan alat uji secara salah.