Jumat 03 Apr 2020 16:50 WIB

Tenaga Medis Berjatuhan, Pemerintah: Kita Sangat Prihatin

Setidaknya sudah ada 12 dokter yang meninggal akibat terpapar corona.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Teguh Firmansyah
Petugas mengambil sampel swab spesimen dari hidung ODP saat swab test di halaman Laboratorium Kesehataan Daerah (LABKESDA) Kota Tangerang, Banten, Kamis (2/4/2020). Pemerintah Kota Tangerang melaksanakan swab test yang dilakukan untuk tenaga medis dan orang dalam pemantauan (ODP).
Foto: Antara/Fauzan
Petugas mengambil sampel swab spesimen dari hidung ODP saat swab test di halaman Laboratorium Kesehataan Daerah (LABKESDA) Kota Tangerang, Banten, Kamis (2/4/2020). Pemerintah Kota Tangerang melaksanakan swab test yang dilakukan untuk tenaga medis dan orang dalam pemantauan (ODP).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah kembali menyampaikan dukacita mendalam atas bertambahnya jumlah tenaga medis yang meninggal dunia akibat Covid-19. Pernyataan belasungkawa ini disampaikan oleh juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, sebelum memaparkan perkembangan terkini mengenai pasien terinfeksi virus corona, Jumat (3/4).

"Kita sangat prihatin. Rasa duka yang mendalam dan belasungkawa atas bertambahnya korban, baik dari masyarakat maupun tenaga medis yang menjadi ujung tombak dalam kaitan perawatan saudara-saudara kita yang menderita Covid-19. Di antara mereka ini ada guru-guru kita yang tanpa lelah menurunkan ilmunya," ujar Yurianto.

Baca Juga

Yurianto juga menyampaikan, seluruh tenaga medis tersebut meninggal dunia saat menjalankan tugasnya merawat pasien-pasien Covid-19. Kejadian ini, menurut dia, menjadi sebuah keprihatinan sekaligus dorongan bagi pemerintah untuk memutus mata rantai penularan penyakit Covid-19.

"Kuncinya adalah pada bagaimana kita bisa berkontribusi nyata dalam memutus rantai penularan. Diawali dengan masing-masing individu, jaga stamina. Patuhi arahan pemerintah," ujarnya.

Sejauh ini sudah ada 12 dokter yang meninggal dunia akibat terpapar virus corona saat bertugas. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sebelumnya mengatakan bahwa paparan dapat terjadi kepada tenaga medis akibat minimnya persediaan alat pelindung diri (APD) ditambah meningkatnya pasien penderita corona.

Kurangnya APD belakangan memang dikeluhkan oleh tenaga medis. Meski demikian, IDI mengimbau agar mereka terus berjuang membantu masyarakat karena kondisi mereka saat ini sangat membutuhkan yang jika dibiarkan berlarut dikhawatirkan akan menular hingga ke keluarga dekat. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement