Selasa 07 Apr 2020 11:45 WIB

Layakkah Ghouta Jadi Pangkalan Militer Umat Islam?

Nabi SAW mendorong umatnya untuk berbuat yang terbaik

Red: A.Syalaby
Petugas Pertahanan Sipil Suriah memadamkan api di sebuah toko yang terbakar karena serangan udara pasukan Suriah dan gerilyawan di Ghouta, pinggiran Damaskus, Selasa (20/2).
Foto: Syrian Civil Defense White Helmets via AP
Petugas Pertahanan Sipil Suriah memadamkan api di sebuah toko yang terbakar karena serangan udara pasukan Suriah dan gerilyawan di Ghouta, pinggiran Damaskus, Selasa (20/2).

REPUBLIKA.CO.ID, Jika Ghouta dikatakan Nabi SAW akan menjadi pangkalan kaum Muslimin, mengapa konflik di Damaskus dan Ghouta tak kunjung reda? Suriah pun kerap menjadi ladang pembantaian bagi umat Islam di sana.

ISIS bahkan sempat merajalela di kota tua itu. Pertanyaan pun menggelayut bagaimana membuat Ghuttah menjadi layak sebagai pangkalan militer bagi kaum Muslimin? Selain menjadi mukjizat yang dimiliki Nabi SAW, tujuan lain adanya nubuwat adalah bagaimana Nabi SAW mendorong umatnya untuk berbuat yang terbaik. Ayat Alquran yang berbunyi "Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum se hingga mereka merubah keada an yang ada pada diri mereka sendiri." (QS Ar-Ra'd:11), kian relevan dalam memaknai sebuah nubuwat.

Kisah populer bagaimana Muhammad al-Fatih merebut Konstantinopel sehingga menjadi Istanbul pun membuktikan itu. Putra dari Sultan Murad II tersebut memaknai bagaimana Nabi SAW bersabda tentang nubuwat yang meramalkan bagaimana umat Islam akan merebut Konstantinopel.

Rasulullah SAW menjawab pertanyaan Abdullah bin Amr bin al-Ash. Diriwayatkan dari Abu Qubail, Rasulullah SAW bersabda, "Kota Heraklius akan ditaklukkan terlebih dahulu, yakni Konstantinopel."