Rabu 08 Apr 2020 07:21 WIB

Kematian Akibat Virus Corona di Prancis Lampaui 10 Ribu Jiwa

Prancis mencatat kasus positif virus corona lebih dari 100 ribu jiwa.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Lapangan di sekitar Museum Louvre, Paris, Prancis, sangat sepi, Selasa (17/3). Prancis resmi memberlakukan lockdown akibat pandemi virus corona.
Foto: AP Photo/Thibault Camus
Lapangan di sekitar Museum Louvre, Paris, Prancis, sangat sepi, Selasa (17/3). Prancis resmi memberlakukan lockdown akibat pandemi virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS — Prancis telah secara resmi mencatat lebih dari 10 ribu kematian akibat virus corona Covid-19, Selasa (7/4). Prancis menjadi negara keempat setelah Italia, Spanyol, dan Amerika Serikat (AS) dengan korban meninggal melampaui 10 ribu jiwa.

Kepala otoritas kesehatan masyarakat Prancis Jerome Salomon mengungkapkan, jumlah pasien Covid-19 yang meninggal di rumah sakit berjumlah 7.091 orang. Namun jika data parsial terkait kematian di panti jompo turut dicantumkan, total korban mencapai 10.328 jiwa. 

Baca Juga

“Kebutuhan untuk menemukan tempat (unit perawatan intensif) baru kurang mendesak. Tapi keseimbangan pasien tambahan yang membutuhkan perawatan tetap positif, yang berarti pandemi masih berkembang,” kata Salomon. 

Sebelumnya Menteri Kesehatan Prancis Olivier Veran mengatakan negaranya belum melewati fase puncak wabah Covid-19. “Kami masih dalam fase epidemi yang memburuk,” kata Veran saat diwawancara stasiun televisi BFM pada Selasa.

Oleh sebab itu, Veran menekankan bahwa karantina wilayah atau lockdown akan tetap diterapkan selama tindakan demikian masih diperlukan. Hingga berita ini ditulis, Prancis memiliki 109.069 kasus Covid-19. 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengimbau negara-negara agar tak mencabut atau melonggarkan lockdown terlalu dini. Hal itu dikhawatirkan dapat menyebabkan penyebaran Covid-19 meningkat kembali.

“Salah satu bagian terpenting adalah tidak melepaskan tindakan-tindakan terlalu dini agar tidak jatuh lagi,” kata juru bicara WHO Christian Lindmeier pada Selasa.

Dia mengumpamakan kondisi saat ini seperti seseorang yang sedang sakit. “Jika Anda bangun terlalu pagi dan berlari terlalu cepat, Anda berisiko jatuh kembali dan mengalami komplikasi,” ujarnya. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement