Rabu 08 Apr 2020 12:04 WIB

Wabah Covid, OPM Tawarkan Gencatan Senjata

Fasilitas kesehatan di Papua dikhawatirkan tak mampu atasi lonjakan penularan.

Prajurit TNI mengusung jenazah Prada Tegar Hadi Sentana saat tiba di Base Ops Lanudal Juanda, Surabaya, Jawa Timur, Senin (17/2/2020). Prada Tegar Hadi Sentana menjadi salah satu dari 12 korban jatuhnya Heli M-17 yang hilang di pegunungan Distrik Oksop Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua pada 28 Juni 2019
Foto: ANTARA FOTO
Prajurit TNI mengusung jenazah Prada Tegar Hadi Sentana saat tiba di Base Ops Lanudal Juanda, Surabaya, Jawa Timur, Senin (17/2/2020). Prada Tegar Hadi Sentana menjadi salah satu dari 12 korban jatuhnya Heli M-17 yang hilang di pegunungan Distrik Oksop Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua pada 28 Juni 2019

REPUBLIKA.CO.ID, PAPUA – Kelompok Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) OPM yang belakangan kerap melakukan penyerangan di wilayah pegunungan tengah Papua menawarkan opsi gencatan senjata. Hal tersebut disampaikan seturut terus terjadinya penularan Covid-19 di wilayah operasi mereka.

Pada Selasa (7/4) Gugus Tugas Covid-19 Papua mencatat jumlah kasus Covid-19 di wilayah itu melonjak jadi 31 kasus. Jumlah itu meningkat tiga kali lipat dari pekan lalu yang berkisar 10 kasus positif. Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Papua dr Silwanus Sumule mengungkapkan, jumlah korban meninggal juga meningkat dari dua orang menjadi empat orang pada Selasa. 

Per wilayah, kasus terbanyak tercatat di Kota Jayapura dengan 13 kasus dan dua meningal. Kemudian disusul Kabupaten Mimika dengan 9 kasus positif dengan dua korban meninggal. Selanjutnya Kabupaten Jayapura (5 kasus), dan Merauke (4 kasus).

photo
Seorang warga duduk di antara pertokoan yang tutup di Jayapura, Papua, Rabu (1/4/2020). Pemprov Papua memperpanjang pembatasan sosial hingga 13 April 2020 untuk memutus penyebaran virus corona (COVID-19) di Papua - (ANTARA FOTO)

Terkait lonjakan kasus itu, TPNPB-OPM yang oleh pemerintah Indonesia disebut kelompok kriminal bersenjata (KKB) menyatakan siap mengambil tindakan gencatan senjata. “Kami bisa lakukan gencatan senjata,” kata Juru Bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom kepada Republika melalui pesan pendek, Rabu (8/4). Kendati demikian, ia mengatakan itikad itu tak bisa sepihak. “Indonesia juga tarik militer nonorganik dari wilayah Papua,” kata dia.

Penangung Jawab Politik TPNPB-OPM Bomanak Jeffrey juga menjanjikan, ada sejumlah prosedur yang akan dilakukan pihaknya terkait merebaknya Covid-19 di Papua.  Ia menjanjikan, TPNPB tak akan menyerang fasilitas kesehatan serta menjamin kebebasan pergerakan peralatan dan tenaga medis. “TPNPB-OPM juga akan membantu menegakkan karantina wilayah serta upaya pencegahan lain dari pemerintah daerah Papua,” tulisnya dalam lansiran resmi pada Rabu (8/4).

Menurutnya, Covid-19 saat ini jadi ancaman mengerikan bagi warga Papua karena terbatasnya fasilitas kesehatan di wilayah itu. “Bencana kemanusiaan ini mengkhawatirkan mengingat pengabaian kualitas layanan kesehatan oleh pemerintah Indonesia di Papua selama bertahun-tahun,” kata dia.

Ia juga mengingatkan bahwa jika permintaan gencatan senjata dan ditariknya pasukan nonorganik dari pegunungan Papua tak dipenuhi, saling serang akan menimbulkan jumlah pengungsi yang sangat banyak dan meningkatkan potensi penularan. “Kami harap Indonesia mematuhi seruan Sekjen PBB Antonio Guterrez untuk ‘gencatan senjata global di seluruh penjuru dunia’,” ujarnya.

TPNPB sejak beberapa bulan belakangan menggencarkan serangan di wilayah pegunungan Papua, utamanya untuk mengganggu operasional PT Freeport. Yang terkini, pada akhir Maret lalu, mereka menyerang kantor Freeport di Kuala Kencana, Kabupaten Mimika dan membunuh satu WNA asal Selandia Baru.

Korban yang meninggal dunia bernama Graeme Thomas Wael  (57) serta dua orang mengalami luka-luka merupakan WNI Jibril Ma Bahar (49) luka akibat terkena tembakan pada perut dan paha bagian kanan dan Ucok Simanungkalit (52) luka pada siku kanan dan punggung belakang.

Kepala Kepolisian Daerah Papua Irjen Polisi Paulus Waterpauw meyakini sebagian besar anggota KKB yang melakukan penyerangan selama ini membaur dengan warga di Kota Timika, Kabupaten Mimika, Papua. "Anak-anak ini memang sebagian besar ada di kota. Tidak menduga bahwa mereka akan melewati wilayah Kuala Kencana untuk melakukan kekerasan. Mereka sangat paham dengan jalur-jalur tradisional yang biasanya dilalui oleh masyarakat," kata Irjen Waterpauw di Timika, dilansir Antara pekan lalu.

Kapolda mengatakan melalui aksi penyerangan dan penembakan terhadap karyawan dan perkantoran PT Freeport Indonesia, KKB Kali Kopi sekadar ingin memberi pesan kepada berbagai pihak bahwa mereka ada. "Indikasinya jelas, dia mau menunjukkan kepada semua orang bahwa mereka memiliki eksistensi. Tujuannya mereka hanya mau membesarkan kelompoknya saja untuk diakui. Jadi, untuk minta pengakuan. Itu yang kami sadari. Lebih dari itu tidak," kata Irjen Waterpauw.

Kapolda menilai, KKB yang kini bermunculan di berbagai wilayah di Papua sebenarnya merupakan kumpulan preman. Mereka tidak memiliki pekerjaan tetap alias pengangguran dan memiliki senjata api hasil rampasan dari aparat, pencurian dan lain-lain. "Dengan memiliki senjata api, mereka mau menunjukkan bahwa inilah kami. Kami punya kemampuan dan kekuatan. Keinginan mereka hanya sebatas itu tapi mengorbankan semua orang," kata dia. Ia menjanjikan ke depan lebih efektif menangani KKB yang sering melakukan teror penembakan di wilayah Papua, khususnya Mimika.

Hingga Rabu (8/4) aparat gabungan TNI dan Polri di wilayah Timika, Papua dalam beberapa hari terakhir masih terus menggelar kegiatan patroli dan razia gabungan di sejumlah tempat rawan guna menekan angka kriminalitas di wilayah itu. Kapolres Mimika AKBP I Gusti Gede Era Adhinata mengatakan kepada Antara, kegiatan patroli dan razia bersama TNI dan Polri itu dalam rangka menjaga situasi kamtibmas di Mimika, terutama di Kota Timika dan sekitarnya tetap kondusif.

"Tim gabungan TNI-Polri di wilayah Mimika melaksanakan patroli dan razia gabungan menyikapi adanya tindak kekerasan yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir di Mimika. Untuk menjaga keamanan Kota Timika maka Polres Mimika bersama Kodim 1710, Detasemen Kaveleri, dan Brimob Detasemen B Polda Papua melaksanakan operasi gabungan melalui patroli bersama dan razia dengan sasaran yaitu alat tajam, minuman keras, narkoba serta barang-barang berbahaya lainnya di beberapa titik rawan kejahatan," jelas AKBP Era Adhinata.

Pada Selasa (7/4), aparat gabungan TNI-Polri di Mimika menggelar razia pada empat titik yaitu jalan poros SP5-SP6 Distrik Iwaka, perempatan Kuala Kencana, Irigasi, dan Chek Poin 28 ke arah Distrik Kwamki Narama. Dari empat lokasi itu, aparat mengamankan tujuh bilah parang, empat sangkur, lima pisau, satu badik, satu pucuk senapan angin, satu panah wayer dengan delapan anak panahnya.

Sebelumnya pada Senin (6/4), aparat gabungan TNI dan Polri menggelar razia alat-alat tajam di Kampung Jayanti dan Kampung Mimika Gunung Distrik Kuala Kencana serta di Distrik Kwamki Narama.Di Kampung Jayanti, aparat mengamankan 26 busur panah beserta 130 anak panah, satu unit senjata air soft gan dan satu alat tajam jenis pisau modifikasi.

Sementara di Kampung Mimika Gunung, aparat mengamankan 41 busur panah beserta 114 anak panah dan 35 mata panah serta satu pucuk senapan angin.Usai melakukan razia di dua lokasi itu, aparat bergerak menuju Distrik Kwamki Narama.Beberapa alat tajam yang diamankan dari rumah-rumah warga di Kwamki Narama seperti busur panah lima buah beserta 47 anak panah dan delapan mata panah serta satu buah tombak. Kapolres menegaskan kegiatan patroli gabungan dan razia alat-alat tajam akan terus dilakukan di Kota Timika dan sekitarnya untuk meminimalisasi potensi gangguan kamtibmas. n

 

sumber : antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement