Kamis 09 Apr 2020 18:08 WIB

Pemerintah Terbitkan Global Bonds, Cadangan Devisa akan Naik

Per akhir Maret 2020, cadangan devisa Indonesia turun menjadi 121 miliar dolar AS

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Cadangan devisa (ilustrasi)
Foto: Republika/Yasin Habibi
Cadangan devisa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memprediksi cadangan devisa (cadev) akan segera meningkat. Gubernur BI, Perry Warjiyo menyampaikan, cadangan devisa diprakirakan akan meningkat menjadi sekitar 125 miliar dolar AS dari sebelumnya sebesar 121 miliar dolar AS pada akhir Maret 2020.

"Cadangan devisa yang kemarin sempat turun dari 130 miliar dolar AS pada Februari 2020 akan kembali naik jadi 125 miliar dolar AS," katanya dalam briefing update, Kamis (8/4).

Baca Juga

Hal tersebut dikarenakan penerbitan global bond senilai 4,3 miliar dolar AS oleh Pemerintah. Jumlah cadangan devisa saat ini dinilai masih lebih dari cukup untuk pembiayaan impor, pembayaran utang luar negeri pemerintah, dan untuk melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar rupiah.

Perry memastikan amunisi untuk menjaga stabilitas rupiah terjaga. Selain cadangan devisa, BI juga memiliki second line of defense berupa fasilitas bilateral dengan sejumlah bank sentral negara lain, seperti Singapura, China, Korea, Jepang, dan lainnya.

Selain itu, baru-baru ini BI telah membungkus kerja sama dengan bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve (The Fed). Kerja sama repurchase agreement line atau repo line tersebut senilai 60 miliar dolar AS.

"Kerja sama ini telah siap untuk sewaktu-waktu digunakan, tapi kami belum ada rencana untuk menggunakan," katanya.

Kerja sama dimaksud telah siap secara administrasi dan teknis untuk digunakan sewaktu-waktu menambah kebutuhan likuiditas dolar AS. Meskipun tidak akan menambah cadangan devisa.

Perry mengatakan kerja sama repo line ini hanya dilakukan The Fed dengan beberapa negara emerging market. Hal ini menunjukan tingkat kepercayaan kepada Indonesia dalam mengelola ekonomi dan prospek ekonomi Indonesia ke depan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement