Sabtu 11 Apr 2020 08:38 WIB

Cirebon Berikhtiar Lawan Corona Lewat Azan Pitu

Tujuh muazin kumandangkan azan di Masjid Agung Cirebon untuk menghalau Covid-19.

Rep: ayobandung.com/ Red: ayobandung.com
Cirebon Berikhtiar Lawan Corona Lewat Azan Pitu
Cirebon Berikhtiar Lawan Corona Lewat Azan Pitu

CIREBON, AYOBANDUNG.COM -- Tujuh muazin mengumandangkan azan di Masjid Agung Sang Cipta Rasa sebagai ikhtiar untuk menghalau penyakit menular Covid-19.

Pitu dalam bahasa Jawa Cirebon berarti tujuh. Dalam konteks ini, ketujuh orang melantunkan azan bersamaan.

Ini merupakan tradisi di Cirebon, khususnya di Masjid Sang Cipta Rasa. Tradisi ini diyakini telah berlangsung sejak masa Kesultanan Cirebon.

Didahului panjatan doa, azan pitu pada Rabu (9/4/2020) malam itu dilaksanakan sebagai salah satu upaya menghalau virus SARS-CoV-2 sebagai penyebab penyakit menular Covid-19.

Kemudian, barulah ketujuh muadzin yang mengenakan masker pada sebagian wajahnya itu, mengumandangkan azan bersamaan.

Lantunan azan tak berhenti di dalam masjid karena setelahnya mereka melanjutkan azan dengan berkeliling kota mengendarai sebuah mobil bak terbuka.

Berbarengan dengan kumandang panggilan salat itu, lafal doa agar wabah berlalu turut mengiringi.

Penghulu Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan Keraton Kasepuhan, Djumhur, mengatakan azan pitu diyakini berfungsi sebagai penolak wabah penyakit hingga sihir. "(Azan pitu) sudah ada sejak zaman Sunan Gunung Jati," ujarnya.

Dia berkisah, pada era Sunan Gunung Jati, wabah cacar melanda wilayah Cirebon. Bahkan, sang istri, Nyi Mas Pakungwati pun tak lepas terjangkit penyakit ini.

Sunan Gunung Jati pun memanjatkan doa memohon pertolongan kepada Allah SWT. Dia lalu meminta tujuh muazin mengumandangkan azan bersamaan di Masjid Agung Sang Cipta Rasa.

Azan itu dipercaya telah membuat siluman Menjangan Wulung yang menyebabkan penyakit menular di Cirebon, terganggu. Dia pun keluar dari tempat persembunyiannya di balik kubah (memolo) Masjid Agung Sang Cipta Rasa.

Terusirnya Menjangan Wulung mencerahkan situasi Cirebon. Penyakit menular itu pun hilang.

Namun, azan pitu tetap dipertahankan sebagai tradisi sampai kini. Biasanya, azan pitu dikumandangkan sebagai panggilan salat Jumat.

Berkaitan dengan kumandangnya di tengah wabah Covid-19, Djumhur berharap, 'khasiatnya' akan serupa dengan masa lampau. "Semoga wabah segera berlalu setelah azan pitu dikumandangkan," harapnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ayobandung.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ayobandung.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement