Ahad 12 Apr 2020 14:28 WIB

Sukacita Warga Wuhan Setelah Lockdown Berakhir

Sejumlah warga masih khawatir penularan corona meski lockdown di Wuhan berakhir.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Warga Wuhan setelah lockdown berakhir, ilustrasi
Foto: EPA-EFE/ROMAN PILIPEY
Warga Wuhan setelah lockdown berakhir, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, WUHAN -- Penduduk di kota Wuhan, Provinsi Hubei, China merayakan dicabutnya kebijakan lockdown atau karantina wilayah yang telah mereka jalani selama 11 pekan. China memperbolehkan warga Wuhan melakukan aktivitas di luar rumah dan berpergian.

Status lockdown di ibu kota Hubei resmi berakhir pada 8 April 2020 lalu. Kota berpenduduk 11 juta jiwa itu mulai kembali pulih setelah wabah virus corona tipe baru atau Covid-19 menghantui.

Baca Juga

Jalanan di Wuhan kembali dipenuhi warga setelah selama 76 hari penduduknya terkurung di rumah masing-masing. Pada saat pembukaan wilayah, mereka mulai berpergian dengan bus, kereta api, dan pesawat, meskipun tetap harus memakai masker.

Foto-foto yang diterbitkan media China menujukkan sukacita warga Wuhan khususnya  anak-anak. Pada Rabu dini hari petugas keamanan membuka blokade yang terpasang di tengah jalan selama 76 hari terhitung sejak 23 Januari 2020.

Lampu-lampu pada bangunan dan jembatan menyala, dan mobil-mobil telah mengantre memasuki tol menunggu giliran untuk pergi antardistrik. Di sejumlah perumahan terpampang bendera sukacita yang bertuliskan "bebas virus", dan "pertempuran yang menentukan, kemenangan yang menentukan."

Namun demikian, beberapa warga di Wuhan masih gelisah. Pasalnya, sedikitya 2.500 orang telah meninggal karena virus dan potensi penularan masih ada. "Kami belum merasakan banyak perubahan. Untuk orang biasa, lockdown belum berakhir," ujar salah satu warga di distrik Wuchang, Zhang (50 tahun) dikutip laman Guardian, Ahad (12/4).

Berakhirnya masa lockdown di Wuhan merupakan bagian dari upaya pemerintah China meyakinkan publik, bahwa kehidupan dapat kembali normal dan pihak berwenang di negara telah mengalahkan virus itu.

Menurut dosen ekonomi politik di Johns Hopkins University, Ho-Fung Hung, pencabutan masa karantina wilayah di Wuhan dimaksudkan untuk mengirim sinyal bahwa China akan kembali menghidupkan bisnis sehingga pekerjaan sudah dapat dilanjutkan. Namun, menurutnya, meski terlepas dari upaya pemerintah, warga harus tetap sangat berhati-hati.

"Orang-orang tidak dapat dengan mudah melupakan kesalahan langkah awal pemerintah dalam menyebabkan krisis, khususnya bagi mereka yang kehilangan orang yang mereka cintai atau kesehatan mereka sangat terganggu," ujarnya.

Di kota-kota, banyak toko tetap tutup. Pembukaan restoran juga hanya untuk pengiriman makanan. Sekolah, bioskop, dan tempat hiburan banyak yang masih ditutup.

Kendati demikian, orang-orang kini lebih bebas untuk datang dan pergi. Meskipun pemeriksaan kesehatan ketat masih ada. Zhang mengatakan dia harus melewati empat pemeriksaan hanya untuk sampai ke halte bus lokalnya.

Pembatasan berkelanjutan, yang oleh pihak berwenang katakan akan dicabut secara bertahap dan tertib, merupakan indikasi bahwa epidemi mereda, namun belum berakhir. Banyak warga masih khawatir tentang jumlah pasien tanpa gejala, serta pasien yang dilepaskan yang dinyatakan positif tetapi tidak menunjukkan gejala. Banyak juga yang khawatir tentang jumlah kasus impor, karena wisatawan China kembali dari negara yang terinfeksi.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement