Senin 13 Apr 2020 10:02 WIB

Di Tengah Pandemi Warga Disarankan Tanam Tanaman Pangan

Di tengah pandemi perlu ada pemenuhan pangan secara mandiri

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Abdul Rahman saat merawat tanamannya di kebun yang berada diatas balkon rumahnya di kawasan Cipete, Kebayoran Baru, Jakarta, Kamis (14/2). Di tengah pandemi perlu ada pemenuhan pangan secara mandiri. Ilustrasi.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Abdul Rahman saat merawat tanamannya di kebun yang berada diatas balkon rumahnya di kawasan Cipete, Kebayoran Baru, Jakarta, Kamis (14/2). Di tengah pandemi perlu ada pemenuhan pangan secara mandiri. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, MINAHASA TENGGARA - Warga di Kabupaten Minahasa Tenggara, Sulawesi Utar, disarankan mulai menanam komoditas tanaman pangan. Langkah ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di tengah kekhawatiran penyebaran Covid-19.

"Kami mengajak seluruh masyarakat di Minahasa Tenggara agar menanam tanaman pangan. Bisa di kebun atau memanfaatkan pekarangan rumah," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan Minahasa Tenggara Made Alit di Ratahan, Ahad (12/4).

Baca Juga

Made mengatakan tanaman pangan yang bisa ditanam di sekitar pekarangan yakni bumbu masak dan tanaman lokal lainnya. "Kalau semua sudah tersedia, tidak perlu pergi ke pasar dan itu bisa menghindari kontak dengan orang banyak di pasar. Dengan begitu secara tidak langsung membantu dalam ekonomi keluarga karena mengurangi biaya belanja ke pasar,” jelasnya.

Menurutnya, kondisi saat ini perlu ada pemenuhan pangan secara mandiri agar tidak bergantung pada suplai dari luar daerah. "Saat ini memang sejumlah kebutuhan pangan masih bergantung dari luar daerah sehingga penyediaan pangan mandiri oleh masyarakat sangat penting," kata dia.

Made pun mengajak pemerintah di desa mensosialisasikan kepada masyarakat untuk menanam sejumlah komoditas pangan untuk menjaga ketersediaan kebutuhan pokok. "Peran aktif pemerintah di desa untuk mengajak masyarakat menanam tanaman pangan akan sangat penting sehingga warga kita juga tidak ketergantungan di masa sekarang ini," tandasnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement