REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING — Pemerintah China membantah bersikap diskriminatif terhadap warga Afrika dalam upaya mencegah peningkatan kasus Covid-19 di negaranya. Beijing mengklaim memperlakukan semua warga asing dengan setara.
“Kami tak memiliki diskiriminasi di China terhadap saudara-saudara Afrika,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Zhao Lijian pada Senin (13/4).
Dia menuding Amerika Serikat (AS) berusaha mempolitisasi masalah tersebut. Tujuannya yakni merusak hubungan China dengan negara-negara Afrika.
“Adalah tidak bertanggung jawab dan tidak bermoral bagi AS untuk menabur perselisihan. Usahanya untuk mendorong ganjalan antara China dan Afrika tidak akan pernah berhasil,” ujar Zhao.
Dia mengklaim Pemerintah China telah bekerja sama dengan negara-negara Afrika yang relevan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Namun, Zhao tak menjelaskan secara terperinci langkah apa yang hendak diambil.
Pada Ahad (12/4) lalu, negara-negara Afrika memprotes perlakuan diskriminatif terhadap warga mereka. Beijing dianggap melakukan pelecehan saat berusaha mencegah meningkatnya kembali kasus Covid-19 di negaranya.
Para duta besar negara Afrika di China telah mengirim surat ke Menteri Luar Negeri China Wang Yi. Dalam surat itu mereka menyoroti kejadian pengusiran sejumlah warga Afrika dari apartemen mereka di Guangzhou selatan.
Ada pula yang dipaksa keluar dari hotel pada tengah malam. China bahkan disebut mengancam mencabut visa mereka.
Setelah mengalami kejadian-kejadian tadi, para warga Afrika dipaksa menjalani tes Covid-19. Para duta besar negara Afrika menganggap hal itu menimbulkan kesan bahwa warga mereka yang membawa dan menyebarkan virus corona. Ada stigmatisasi dan diskriminasi di dalamnya.
“Kelompok Duta Besar Afrika di Beijing segera menuntut penghentian pengujian paksa, karantina, dan perlakuan tidak manusiawi lainnya yang dijatuhkan pada orang Afrika,” demikian bunyi salah satu pernyataan dalam surat yang dikirim ke Wang Yi.