Rabu 15 Apr 2020 12:05 WIB

PGN Proyeksikan Permintaan Gas Turun 10 Persen

Penurunan paling besar disumbang oleh sektor industri keramik.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Fuji Pratiwi
Petugas PGN memasok gas bumi di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, beberapa waktu lalu. PGN memprediksi permintaan gas tahun ini turun 10 persen.
Foto: ANTARA/Rivan Awal Lingga
Petugas PGN memasok gas bumi di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, beberapa waktu lalu. PGN memprediksi permintaan gas tahun ini turun 10 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Gas Negara (PGN) memproyeksikan penurunan permintaan gas di tengah wabah corona. Penurunan diprediksi sebesar 10 persen pada tahun ini.

Direktur Komersial PGN Dilo Seno Widagdo mengatakan, kondisi ekonomi saat ini turut mempengaruhi ketimpangan permintaan gas. Dilo melanjutkan, penerapan lockdown sejumlah negara turut memengaruhi keberlanjutan sektor industri sebagai salah satu pelanggan PGN.

Baca Juga

Ia merinci penurunan permintaan gas selama Januari-Maret 2020 sebesar lima persen. Adapun, penurunan paling besar disumbang oleh sektor industri keramik sebesar 15 persen. Selain itu, industri oleochemical turun 12 persen, dan industri gelas 11 persen. Sementara penurunan permintaan dari industri otomotif, logam, dan manufaktur masing-masing sebesar 5 persen, serta pusat perbelanjaan sebesar 3 persen.

"Masa puncak penurunan konsumsi gas karena Covid-19 bakal terjadi pada Juni-Juli 2020. Turunnya hampir menyentuh 10 persen dari pada kondisi normal," kata Dilo, Rabu (15/4).

Dilo pun menjelaskan pandemi corona membuat pelanggan industri berhenti beroperasi. Pasalnya, industri tersebut kesulitan mendapatkan bahan baku dari luar negeri. "Hampir sekitar 300 pelanggan kami sangat bergantung raw material dari impor," kata Dilo.

Meskipun begitu, Dilo memastikan PGN telah melakukan analisisengenai kondisi yang terjadi saat ini. Selain itu, kondisi saat ini dinilai PGN justru dapat menjadi momentum untuk merambah pasar LNG.

Hal ini mengingat harga LNG mengalami penurunan sekitar 30 persen hingga 40 persen dari harga normal. Dilo mengungkapkan, harga LNG yang ada saat ini bahkan cenderung lebih murah ketimbang harga gas yang diproduksi di darat untuk wilayah Jawa dan Sumatra.

"Dengan harga LNG yang murah bisa menjadi momentum mengembangkan pasar baru yang belum dirambah PGN," ungkap Dilo.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement