Kamis 16 Apr 2020 15:44 WIB

Suka-Duka Sopir Ambulans Dadakan Kala Pandemi

Saat ini terdapat 23.472 orang yang terdaftar sebagai relawan penanganan Covid-19.

Ika Dewi Maharani
Foto: tangkapanlayar
Ika Dewi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Rr Laeny Sulistyawati, Puti Almas

Ika Dewi Maharani menjadi satu-satunya sukarelawan medis perempuan di bawah naungan Relawan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 yang bertugas sebagai sopir mobil ambulans. Berbagai kejadian suka dan duka ia alami selama melaksanakan tugas menjadi tenaga sukarela, termasuk terancam terpapar virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) kala mengangkut penumpang pasien orang dalam pemantauan (ODP) hingga pasien dalam pengawasan (PDP).

Angka kasus Covid-19 di Jakarta yang makin meningkat, ditambah dengan jumlah petugas ambulans yang kurang memadai, membuat Ika membulatkan tekad menjadi sopir ambulans.  "Dengan keahlian yang saya miliki, saya bisa menyetir. Saya pada dasarnya perawat. Jadi, pas saya sesuai dengan panggilan hati, dengan kemampuan yang saya punya. Saya harus melayani," ujar Ika saat konferensi video saluran Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kamis (16/4).

Tergabung dalam sebuah asosiasi profesi perawat Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia (Hipgabi), Ika berasal dari Maluku Utara, tetapi berkuliah di Surabaya. Saat ini ia menjalani hidup di mes yang disediakan BNPB. Ia bertugas di Rumah Sakit Universitas Indonesia.

Menangani pasien di rumah sakit menjadi hal biasa bagi Ika, tetapi mengantarkan pasien ke rumah sakit menjadi persoalan lain. Dia mengaku, menjadi sopir ambulans merupakan pengalaman pertama dalam hidupnya. "Untuk ambulans baru pertama kali di dalam hidup saya. Tapi, ternyata di ambulans tidak semudah yang kita bayangin," kata Ika.

Meski telah membunyikan sirene, ia mengakui sering kali orang-orang di sekitar tidak peka memberikan jalan untuknya yang tengah mengangkut pasien. Beruntung, ada orang dengan kesadaran memberikan jalan sehingga ia tetap dapat dengan cepat membawa pasien ke tempat yang dirujuk.

Mengemban tugas untuk mengantarkan pasien dalam pengawasan (PDP) ataupun pasien positif Covid-19 membuat Ika memiliki risiko besar terinfeksi virus corona. Dalam menjalankan tugasnya itu, dia menegaskan, keamanan adalah kunci utama. Menggunakan alat pelindung diri (APD) menjadi wajib bagi Ika sebelum berangkat bertugas.

Tidak hanya agar dirinya aman, tetap juga agar pasien tetap aman. Meski telah mengenakan APD, sebagai manusia biasa Ika mengaku perasaan takut ada dalam dirinya. Namun, semangat kemanusiaan yang dia rasakan jauh lebih tinggi.

"Rasa takut ada pasti, cuma ini harus kita lihat lagi. Ini adalah tugas bagi kita sebagai relawan medis. Kita harus menangani pasien. Dari awal sampai akhir, pasien itu kita harus tangani," ujar dia. Untuk menjaga imunitas tubuh sebagai cara melawan virus corona, di tengah shift 12 jam yang dia jalani, Ika selalu menyempatkan diri makan teratur dan istirahat yang cukup.

"Shift pagi dari jam 7 sampai jam 7 malam, itu pertama harus makan dulu. Selesai absen, kita makan. Ada panggilan untuk kita rujuk. Setelah itu selesai, baru kita makan. Yang penting makan harus sehari tiga kali, multivitamin, dan susu," kata dia.

Dengan usaha terbaiknya mengabdikan dirinya sebagai sukarelawan penanganan Covid-19, Ika berharap pandemi tersebut dapat segera berakhir. Ia berharap dengan mengabdikan diri sebagai sukarelawan, penanggulangannya makin cepat. Akhirnya, harapan pandemi virus ini cepat berakhir bisa diwujudkan.

Ketua Koordinator Relawan Gugus Tugas Penanganan Covid-19, Andre Rahadian, mengatakan bahwa saat ini terdapat sebanyak 23.472 orang yang terdaftar sebagai sukarelawan, tercatat dalam hasil rekapitulasi data hingga Kamis (16/4). Dari jumlah tersebut, sebanyak 4.401 di antaranya merupakan sukarelawan medis, sedangkan 19.071 orang lainnya berasal dari kalangan nonmedis. 

“Relawan tersebar dari Provinsi Aceh hingga Papua. Jumlah paling besar dari Jawa Barat, yaitu sekitar 5.900 orang,” ujar Andre dalam keterangan yang disiarkan Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), di Jakarta, sebagaimana rilis pers diterima Republika pada Kamis (16/4). 

Bagi sukarelawan medis, tim sukarelawan gugus tugas bekerja sama dengan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (BPPSDMK). Disebutkan bahwa keperluan untuk sukarelawan medis masih sangat dibutuhkan, seiring meningkatnya kebutuhan dari rumah sakit rujukan dan rumah sakit darurat terus masuk. 

Gugus tugas mengajak seluruh sukarelawan medis untuk turut berpartisipasi, begitu juga dengan relawan nonmedis. Selain itu, meski telah bekerja sama dengan banyak organisasi seperti Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Andre juga mengajak sukarelawan untuk mendaftar melalui gugus tugas maupun desk sukarelawan di BNPB. n

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement