Sabtu 18 Apr 2020 05:13 WIB

Hati Gembira, Obat Mujarab di RSD Wisma Atlet

Pasien dan tenaga medis saling memberi semangat saat berada di RSD Wisma Atlet.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Andi Nur Aminah
Petugas medis memeriksa kesiapan alat di ruang ICU Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta (ilustrasi)
Foto: Kompas Nasional
Petugas medis memeriksa kesiapan alat di ruang ICU Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Tiga hari pertama bertugas di Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet, dilalui Yessi dengan cukup berat. Relawan perawat dari Dinas Kesehatan Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal) III ini, harus meninggalkan tiga orang anaknya yang berusia balita di rumah. Dia pun harus menahan rindu selama hampir sebulan untuk membantu penanganan pasien Covid-19.

"Tapi semakin ke sini saya bisa menerima, mungkin Tuhan punya jalan lain yang terbaik untuk saya ada di sini untuk memberikan semangat kepada pasien-pasien," ucap Yessi, salah satu relawan perawat di RSD Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat, kepada Republika.co.id, Jumat (17/4).

Baca Juga

Dalam menjalankan tugasnya, Yessi mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap. Dia mengenakan pakaian berlapis. Masker yang dipakainya N95 dan masker medis. Dua lapis sarung tangan, serta kacamata google dikenakannya setiap hendak bertemu para pasien.

Rasa panas dan harus menahan haus, lapar, serta buang hajat ia anggap sebagai bentuk pengorbanan untuk para pasien yang sedang berjuang untuk sembuh dari penyakitnya. "Kalau jaga malam bisa 10 sampai 12 jam tidak lepas APD sama sekali. Saya nahan pipis, tidak makan, tidak minum dan benar-benar puasa. Kalau jaga malam, sehabis maghrib minum banyak biar ke toiletnya sebelum berangkat," jelas dia.

Selain minum air yang banyak, salah satu hal yang ia lakukan ketika hendak bertugas ialah mengubungi keluarganya di rumah melalui ponsel pintarnya. Ia menyapa suami dan anak-anaknya agar mereka tak khawatir. "Pas naik jaga, saya //enggak pernah bawa handphone. Jadi sebelum jaga, saya video call. Saya sudah pakai APD, /video call sama anak-anak dan suami. Biar mereka tidak khawatir dengan keadaan saya," tuturnya.

Selama menjalani tugas di rumah sakit yang pernah menjadi tempat tinggal sementara atlet se-Asia itu, bukan hanya Yessi yang memberikan semangat, tetapi juga para pasien yang ia rawat. Para pasien di RSD Wisma Atlet memberikan semangat tersendiri bagi Yessi. Ia merasa dianggap sebagai pahlawan oleh para pasien dengan melihat tatapan mata mereka.

"Pasien-pasien itu menghargai kita seperti kita itu pahlawan di mata dia. Matanya benar-benar tulus. Bertemu pasien menjadi hiburan tersendiri, ngobrol dengan mereka dan sharing berbagai cerita," terangnya.

Menurut Yessi, para pasien sangat terbuka dengan tim medis yang bertugas di RSD Wisma Atlet. Pasien yang ditemuinya menyebut para petugas medis memberikan mereka hiburan di tengah melakukan karantina. Dia menjelaskan, rata-rata kondisi psikologis para pasien yang berstatus positif Covid-19 terganggu karena harus isolasi mandiri dan jauh dari keluarganya.

Yessi menuturkan, beberapa waktu lalu, ada pasangan suami istri yang menjalani tes pengecekan untuk kedua kalinya. Hasilnya menunjukan sang suami negatif, dan sang istri positif Covid-19. Sang istri tidak terima dan menyangkal hasil tes tersebut. Yessi dan rekan medis lainnya akhirnya mencoba memberikan pengertian dan semangat kepadanya agar ia mau dipindahkan ke kamar perawatan.

"Akhirnya dia mau pindah. Dia sampai nangis melihat pengorbanan kita merayu pasien ini. Begitu melihat kita dukung dia, support dia. Karena intinya semua pasien itu butuh dukungan, butuh support," terang dia.

Kurang lebih tiga pekan Yessi bertugas di RSD Wisma Atlet, barulah tiba masanya untuk kembali ke rumah. Suami dan anak-anaknya langsung menyambut kedatangan Yessi Kamis (16/4) malam. Sebelum kembali ke keluarganya, ia sudah melalui karantina dan //rapid test terlebih dahulu sebanyak dua kali.

Yessi menuturkan, saat pamit dengan para pasien, ada satu-dua pasien yang menangis. "Ibu saya pamit ya, saya terakhir," begitu sapa Yessi sebelum mengakiri masa tugas. Kalimat pamitnya pun ditimpali seorang pasien: "Nanti //eggak ada //dong suster yang bawel." Dia pun menyahut: "Ada Bu, nanti temen-temen saya suruh bawel ya," ujarnya mengisahkan perpisahannya dengan pasien di RSD Wisma Atlet.

Untuk para pasien yang masih harus menjalani perawatan, dia menitipkan pesan agar mereka tetap semangat dan begembira. Menurutnya, obat paling mujarab dari penyakit ini ialah hati yang gembira. Karena itu, ia harap mereka tetap semangat, gembira, dan tetap menjaga imunnya.

"Bawa enjoy. Anggap saja lagi liburan di Wisma Atlet. Semua pasien itu ingin didengar ceritanya, isi hatinya. Karena rata-rata mereka kesepian," jelas dia.

Untuk masyarakat Yessi berpesan agar tidak mendiskriminasi para pasien, baik itu pasien dalam pemantauan (PDP), orang dalam pemantauan (ODP), maupun pasien yang dinyatakan positif Covid-19. Termasuk pula terhadap para pekerja medis yang menjadi garda terdepan dalam penanganan pandemik ini.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement