Ahad 19 Apr 2020 03:05 WIB

Yosi Project Pop: Banyak Follower, Tanggung Jawab Kian Besar

Yosi Project Pop ingatkan tanggung jawab influencer terhadap kebenaran informasi.

Yosi project pop bersama keluarga. Sebagai influencer, Yosi mengatakan bahwa influencer memiliki tanggung jawab terhadap informasi yang disebarkannya.
Foto: Akbar/Republika
Yosi project pop bersama keluarga. Sebagai influencer, Yosi mengatakan bahwa influencer memiliki tanggung jawab terhadap informasi yang disebarkannya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Artis Yosi Mokalu atau yang lebih dikenal dengan Yosi Project Pop mengatakan, influencer memiliki tanggung jawab terhadap informasi yang disebarkannya. Tanggung jawab itu semakin besar sejalan dengan semakin banyak pengikutnya (follower atau subscriber) di media sosial.

Menurut Ketua Umum Siberkreasi itu, influencer tidak hanya bisa disematkan kepada orang yang memiliki pengikut dalam jumlah banyak. Begitu memiliki satu follower atau subscriber, maka seseorang sudah bisa disebut influencer bagi orang yang menyimak unggahannya tersebut.

Baca Juga

"Jadi, setiap kita harus menyadari kitalah yang disebut influencer," kata Yosi dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Sabtu.

Yosi menuturkan, banyak orang yang masih berpikir bagaimana cara untuk mendapatkan follower sebanyak-banyaknya. Padahal, semakin banyak follower berarti semakin besar pula tanggung jawab sehingga pengimpak tidak bisa hanya sekedar membuat konten lalu malah menyebarkan hoaks.

"Kadang-kadang kebaperan kitalah yang memacu atau memicu kita untuk share sesuatu, karena kita khawatir atau takut atau kita ingin jadi orang yang pertama kali menyebarkan sesuatu yang kita anggap penting," kata Yosi.

Menjadi influencer, menurut Yosi, orang seharusnya lebih berhati-hati dalam menyaring dan menyebarkan sesuatu. Sebab, begitu informasinya sudah tersebar, maka akan sulit untuk ditarik kembali.

Para pembuat hoaks, apapun motivasi atau latar belakang mereka, menurut Yosi, saat ini sudah semakin canggih dalam memproduksinya. Orang yang sudah teredukasi pun terkadang bisa saja tanpa sengaja menyebarkan hoaks.

"Kadang-kadang kita terlalu terburu-buru. Saya aja pernah sharing sesuatu karena terlalu terburu-buru, untung diingetkan sama teman, langsung saya hapus. Kalau di grup WA dalam waku satu menit itu bisa kita tarik atau delete kan. Mudah-mudahan dalam waktu satu menit itu belum ada yang menyebarkan. Ada juga misalnya orang membaca berita terus dibawahnya ada judul hoaks-nya, ini bener nih karena dari berita. Tapi begitu kita mulai memerhatikan ternyata ini tempelan, ini contoh gimana kita gampang tertipu," ujar Yosi.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mencatat, hingga Jumat (17/4) malam tadi terdapat sebanyak 556 berita hoaks. Sementara itu, Mafindo melalui pemeriksa faktanya secara spesifik mencatat misinformasi dan disinformasi seputar Covid-19 sebanyak 301 berita hoaks hingga pukul 22.00 WIB pada Jumat kemarin.

"Pembuat hoaks sudah semakin canggih, makanya kalau kita mau menjadi penyaring sebelum kita sebarkan, para influencer, kita harus lebih canggih dari para pembuat hoaks. Itu sih pesan saya bagi para influencer," kata Yosi.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement