REPUBLIKA.CO.ID, QUITO -- Ekuador telah mencatat 10 ribu kasus Covid-19 pada Senin (20/4). Hal itu menjadikannya negara keempat di Amerika Latin dengan kasus virus corona tertinggi.
Guayaquil menjadi pusat wabah Covid-19 di Ekuador. Dunia sempat dibuat gempar karena jenazah korban virus corona di kota itu tak tertangani dan bergelimpangan selama berjam-jam di jalanan. Sebagian lainnya tergeletak di rumah masing-masing.
Pemerintah Ekuador mengeklaim bahwa sebagian besar kasus yang dikonfirmasi dalam kondisi stabil dalam isolasi di rumah. "Selama orang-orang mematuhi isolasi ini dengan cara yang disiplin dan berkomitmen, kami akan dapat menahan penularannya," kata Wakil Menteri Kesehatan Ekuador Xavier Solorzano.
Pemerintah Ekuador menyebut telah mengambil 32.453 sampel untuk diuji Covid-19. Kasus diperkirakan masih akan terus meningkat.
Ekuador melaporkan kasus Covid-19 pertamanya pada 29 Februari. Setelah 24 hari berselang, jumlah pasien telah mencapai seribu. Sepekan kemudian meningkat menjadi 2.000.
Delapan hari berikutnya, jumlah kasus menembus 4.000. Delapan hari selanjutnya, total kasus menjadi dobel, yakni 8.000.
Pemerintah Ekuador memang memiliki masalah dalam menegakkan pembatasan sosial dan karantina. Sebab orang-orang yang telah terinfeksi Covid-19 masih ditemukan berkeliaran di jalan-jalan atau pusat-pusat perbelanjaan.
Otoritas di sana mengatakan mereka akan terus membatasi aktivitas atau kegiatan warga. Ekuador telah melaporkan 507 kematian akibat Covid-19.
Para pejabat di sana meyakini 826 pasien lainnya juga telah meninggal. Namun kasusnya tidak pernah dikonfirmasi. Saat ini, hanya Brasil, Peru, dan Chile yang memiliki kasus Covid-19 lebih tinggi daripada Ekuador di kawasan Amerika Latin.