Rabu 22 Apr 2020 20:56 WIB

WHO Hempas Tudingan Covid-19 Diciptakan di Laboratorium

Ilmuwan belum bisa memastikan apakah Covid-19 benar ditularkan dari hewan.

Model tiga dimensi dari partikel virus SARS-CoV-2 virus atau dikenal sebagai 2019-nCoV. Virus tersebut adalah penyebab Covid-19 atau virus corona jenis baru.Hingga kini belum diketahui pasti bagaimana Covid-19 bisa terjadi pada manusia.
Foto: EPA-EFE/NATIONAL INSTITUTES OF HEALTH
Model tiga dimensi dari partikel virus SARS-CoV-2 virus atau dikenal sebagai 2019-nCoV. Virus tersebut adalah penyebab Covid-19 atau virus corona jenis baru.Hingga kini belum diketahui pasti bagaimana Covid-19 bisa terjadi pada manusia.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Indira Rezkisari, Antara

Asal mula darimana Covid-19 bisa menular ke manusia sempat menimbulkan perdebatan dan prasangka. Muncul tudingan virus corona jenis baru ini sengaja dihasilkan di laboratorium sebagai bentuk senjata kimia baru.

Baca Juga

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan bahwa semua indikasi Covid-19 kemungkinan berasal dari kelelawar. Pernyataan WHO tersebut dikutip oleh media China, Rabu (22/4).

Juru bicara WHO Fadela Chaib membantah berbagai pendapat yang menyatakan bahwa virus mematikan tersebut berasal dari salah satu laboratorium di Wuhan, China. Bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa virus itu bukan buatan manusia di laboratorium atau di tempat lain, demikian Chaib dikutip laman berita Sina.com.

"Kemungkinan besar, sepertinya virus itu berasal dari binatang," kata jubir perempuan WHO itu.

Sayangnya, dia tidak bisa menjelaskan lebih lanjut bagaimana virus tersebut menular ke manusia saat pertama kali kasus wabah itu ditemukan di Wuhan, Provinsi Hubei.

Amerika Serikat sempat menuding China sebagai biang wabah mematikan itu. Namun China balik menuntut AS melalui Twitter juru bicara Kementerian Luar Negeri setempat Zhao Lijian agar menjelaskan kepada publik atas kematian tiga tentara AS yang baru pulang dari Wuhan pada November 2019.

Sebelumnya beberapa tim penelitian gabungan dari China dan Inggris juga memperdebatkan asal virus corona jenis baru itu, apakah berasal dari kelelawar atau ular.

Peningkatan zoonosis atau penyakit yang disebabkan dari penularan dari hewan ke manusia sebabnya bisa terjadi akibat meningkatnya aktivitas manusia. Seperti perambahan hutan dan penangkapan satwa liar dari habitat aslinya.

"Sebenarnya kita tidak bisa menyalahkan hewan atau satwa liar yang ada di hutan sebagai penyebab berbagai macam penyakit yang ada di dunia," kata Kepala Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cahyo Rahmadi, dalam diskusi via konferensi video di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Bahkan bisa dibilang, kata Cahyo dalam diskusi yang diadakan Greenpeace Indonesia itu, zoonosis adalah penyakit yang dibawa manusia dari hutan. Bisa disimpulkan seperti itu karena faktanya memang satwa liar secara alami adalah inang dari berbagai macam virus dan bakteri.

Perubahan lingkungan dan meningkatnya interaksi antara manusia dengan hewan liar memunculkan potensi interaksi tidak hanya satwa dengan manusia, tapi juga virus yang di dalam tubuh hewan dengan manusia.

Dia mengambil contoh beberapa kasus wabah yang disebabkan karena kontak manusia dengan hewan liar seperti SARS pada 2003. Lalu pandemi Covid-19 yang sekarang menginfeksi hampir seluruh negara di dunia setelah muncul pertama kali di China pada akhir 2019.

Ke semua penyakit tersebut, kata dia, memiliki asal usul berasal dari hewan liar. SARS muncul ketika virus corona yang ada di kelelawar menginfeksi hewan perantara musang atau civet, yang kemudian melakukan kontak dengan manusia.

Seperti juga Covid-19, dengan dugaan sementara para ahli adalah virus corona dari kelelawar menginfeksi hewan perantara trenggiling yang dari sana virusnya berhasil menginfeksi manusia.

"Satwa liar bukan penyebab (penyakit). Manusialah yang menyebabkan penyakit itu sampai ke manusia. Karena kalau kita bicara hutan, manusia tidak berinteraksi di dalamnya," kata dia.

Jika pun ada aktivitas manusia di dalam hutan, tidak terjadi seintensif sekarang dengan adanya pembukaan lahan, penebangan hutan dan perburuan hewan liar dengan alasan konsumsi atau menjadikannya hewan peliharaan yang menyebabkan potensi transfer semakin besar, tegas dia.

Pakar penyakit menular dari Duke-NUS Medical School di Singapura, Profesor Wang Linfa, mengatakan kelelawar sejatinya telah hidup berdampingan dengan virus sejak lama. Kelelawar tidak bisa disalahkan sebagai pencetus pandemi corona.

Sebaliknya adalah aktivitas manusia seperti perdagangan hewan liar dan peternakan yang sangat mungkin memicu wabah penyakit. Ia bahkan mengingatkan di masa depan mungkin lebih banyak virus dari kelelawar ditemukan di manusia jika aktivitas seperti perdagangan hewan liar tidak disetop.

Dikutip dari Straits Times, Wang mengatakan virus corona hanya satu dari sekian virus yang berasal dari kelelawar dan tertular ke manusia. Virus Hendra, virus Nipah, dan SARS semuanya merupakan virus yang ditularkan ke manusia dari hewan seperti kuda, babi, dan luwak.

Masalahnya upaya mengidentifikasi dari mana asal corona dan bagaimana transmisi awalnya diyakini tidak mudah. Karena itu Wang mengatakan akan sulit untuk menghindari kemungkinan wabah di masa yang akan datang.

Sebenarnya Wang mengatakan virus dari hewan sangat jarang berpindah ke manusia. Karena itu ilmuwan selalu meneliti tentang bagaiman virus bisa berpindah inang dan faktor apa yang memengaruhi kondisi itu.

Wang berujar virus corona jenis baru 80 persen secara genetik mirip SARS. Lalu 96 persen mirip dengan corona di kelelawar.

Tapi virus corona yang ditemukan di trenggiling memiliki struktur yang bahkan jauh lebih mirip dengan Covid-19 dibandingkan dengan virus corona di kelelawar. Namun dibutuhkan penelitian yang panjang sebelum ada kesimpulan akhir.

Ilmuwan membutuhkan 10 tahun untuk mengonfirmasi adalah luwak yang menjadi inang perantara penular SARS di manusia. Karena itu trenggiling belum bisa dipastikan sebagai penular Covid-19 di manusia.

photo
Virus-virus yang menghebohkan dunia. - (republika)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement