REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menegaskan bahwa Pemerintah sejak awal sudah melakukan langkah-langkah serius mengantisipasi penyebaran Virus Corona. Terutama, kata ia, ketika Covid-19 mulai merebak di Wuhan, China.
"Ini mau saya tekankan pada kesempatan ini, mumpung kita ketemu karena ada yang menuding Pemerintah ini main-main, tidak sungguh-sungguh," kata Mahfud, di Jakarta, Rabu, saat menjadi keynote speech web seminar (webinar) berjudul "Perkembangan, Problematika, dan Implikasi Force Majure Akibat COVID Bagi Dunia Bisnis".
Mahfud menjelaskan bukti keseriusan Pemerintah, antara lain sejak akhir Januari 2020 atau dua bulan setengah sebelum ditemukan kasus pertama Covid-19 di Jakarta, pemerintah sudah menutup penerbangan Beijing-Jakarta. Ia pun meminta semua pihak melihat berita-berita sekitar 27, 28, 29 Januari 2020.
"Sudah ada pengumuman Pemerintah kita serius tutup penerbangan dengan Beijing. Sampai Beijing melakukan protes karena Indonesia cepat sekali menutup untuk menghalangi masuknya virus itu," katanya lagi.
Setelah itu, Pemerintah Indonesia menjemput ratusan warga negara Indonesia (WNI) dari Wuhan menuju Natuna untuk diobservasi, dan sempat mendapat penolakan dari masyarakat setempat. "Artinya apa. Kita sudah punya perhatian lama. Mereka dikarantina selama 14 hari di Natuna, sampai akhirnya dipulangkan ke kampung halaman masing-masing," katanya pula.
Mahfud mengatakan Pemerintah juga telah memutuskan membuat rumah sakit khusus penyakit menular, sebulan sebelum Covid-19 resmi masuk ke Indonesia. RS tersebut sekarang sudah selesai dibangun di Pulau Galang, Kepulauan Riau.
Menurut dia, Pemerintah sejak awal menyerukan agar seluruh masyarakat tidak panik dalam menghadapi Corona, karena kepanikan justru sangat merugikan bagi imunitas tubuh.
"Kepanikan itu sendiri sangat merugikan bagi imunitas yang justru harus dibuatkan, karena yang bisa menyembuhkan dan mengalahkan Corona itu imunitas, bukan obat," katanya lagi.
Ia menyampaikan hasil survei Saiful Mujani Research Center (SMRC) bahwa 52 persen masyarakat Indonesia percaya bahwa Pemerintah tidak terlambat menangani Corona. Sementara 41 persen menyatakan terlambat.
"Di semua negara di dunia ini tidak ada negara yang betul-betul siap, negara sehebat Amerika pun, Italia pun, Prancis pun, dan lain-lain juga kewalahan karena memang serangan COVID-19 ini sangat cepat dan mematikan," katanya.
Oleh karena itu, Mahfud mengajak semua elemen masyarakat untuk bekerja sama dan saling membantu terhadap upaya Pemerintah dalam mengatasi pandemi Covid-19 di Indonesia. Corona, kata ia, tidak memilih aliran politik, ideologi, agama atau suku.
"Covid-19 itu menyerang siapa saja, orang kaya, orang miskin, partai apa saja korbannya ada sehingga sekarang ini dibutuhkan adalah kerja sama, kekompakan, gotong royong. Kembali ke jati diri kita untuk menghadapi Covid-19, karena kebersamaan dan kebersatuanlah yang kita butuhkan pada saat ini," kata Mahfud pula.