Kamis 23 Apr 2020 18:34 WIB

Asosiasi: Peternak Ayam di Palembang Bakal Gulung Tikar

Harga ayam yang terus anjlok membuat peternak skala kecil tidak dapat bertahan lagi.

Pekerja memanen ayam broiler. ilustrasi
Foto: Antara/Adeng Bustomi
Pekerja memanen ayam broiler. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Asosiasi Masyarakat Peternak Sumatera Selatan memperkirakan sebagian besar usaha peternakan ayam di Palembang bakal gulung tikar atau bangkrut dalam beberapa pekan ke depan. Potensi ini seiring dengan melemhanya daya beli masyarakat akibat penyebaran virus corona.

Ketua Asosiasi Masyarakat Peternak Sumatera Selatan Ismaidi Chaniago di Palembang, Kamis (23/4), mengatakan harga ayam yang terus anjlok membuat peternak ayam khususnya peternak kecil tidak dapat bertahan lagi dalam kondisi ini.

Baca Juga

“Perkiraan kami, nanti habis Lebaran pada tutup semua. Yang tersisa tinggal peternak ayam yang besar saja. Saat itu terjadi, maka harga ayam akan melonjak tajam,” kata Ismaidi.

Ia mengatakan harga jual ayam di kandang saat ini hanya Rp 12.000 per kg, sehingga harga di pasar tradisional hanya berkisar Rp 22.000 per kg. Sebelumnya, pada awal April, harga di pasar tradisional lebih jatuh lagi yakni hanya Rp 18.000 per kg.

“Coba bayangkan, berapa lagi harga di kandang. Hanya Rp 8.000 per kg. Jelas mereka rugi, saat ini saja sudah banyak yang tutup dan terpaksa PHK-kan karyawannya,” kata dia.

Namun, peternak ayam tidak bisa menahan untuk menjual karena dihadapkan tingginya biaya produksi dan usia ayam yang layak dilepas di pasar. Saat ini peternakan di Kota Palembang sedang kelebihan produksi. Mereka juga tidak bisa menjual ke daerah lain karena di daerah tersebut juga terjadi hal serupa.

“Saat ini hanya 30-40 persen dari produksi yang bisa dijual," kata dia.

Berdasarkan pantauan di lapangan, harga ayam potong di sejumlah pasar tradisional Palembang, Sumatera Selatan, masih anjlok di kisaran Rp 22.000 per kg.

Anisa, pedagang ayam di Pasar Perumnas Palembang mengatakan, meski harga sudah jatuh tapi pembeli tetap sepi karena pengaruh adanya penyebaran virus corona (Covid-19). “Orang ke pasar sedikit, jadi walau harga murah tetap saja yang beli sedikit,” kata dia.

Ia mengatakan tidak seperti biasanya harga ayam justru anjlok menjelang Ramadhan. Jika biasanya, Anisa dapat menjual sekitar Rp 200 kilogram ayam potong per hari, kini ia mengalami penurunan hingga 30 persen.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement