REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terapi plasma konvalesen dinilai berpotensi membantu mempercepat kesembuhan pasien terinveksi Covid-19. Hal itu disampaikan Duta Kesehatan PBB Sonia Wibisono usai berdikusi dengan Kementerian Kesehatan.
Terapi plasma konvalesen merupakan produk kaya antibodi yang dibuat dari darah yang disumbangkan oleh orang-orang yang telah pulih dari penyakit yang disebabkan oleh virus. "Pengalaman dari Tiongkok menunjukkan plasma konvalesen memiliki potensi untuk mengurangi keparahan atau mempersingkat lama penyakit yang disebabkan oleh Covid-19," ujar Sonia dalam perbincangan vituali di Jakarta, Ahad (26/4).
Menurut Sonia sejumlah uji klinis juga dilakukan untuk mengevaluasi keamanan dan kemanjuran plasma konvalesen yang dilakukan oleh FDA dan Mayo Klinik. Hasilnya memperlihatkan keefektifan cara ini. "Banyak pasien-pasien yang telah memakai ventilator bisa sembuh dan berkumpul kembali ke keluarganya tercinta," kata dia mengungkapkan.
Saat ini, Sonia mengatakan, Kemenkes memiliki dua strategi mengatasi dampak kesehatan dari pandemi Covid-19. Pertama, pemerintah berupaya menekan penyebaran virus yang cepat agar tidak terjadi kelebihan kapasitas di fasilitas kesehatan.
Dalam hal ini, pemerintah menekankan pentingnya menjalankan protokol WHO berupa physical distancing, hidup sehat dan bersih yang terus dikampanyekan secara masif melalui telemedicine. "Masyarakat telah berhasil untuk langkah tersebut, terbukti dari rawat inap di beberapa Rumah Sakit telah menunjukkan angka penurunan," ujarnya menirukan penuturan Kemenkes. “Kemenkes sangat mengapresiasi kerja keras masyarakat dalam upaya melawan Covid-19.”
Kedua, terkait tracing. Menurut Sonia, tracing selain dilakukan oleh surveillance dari kasus positif, ada juga tracing dilakukan oleh telemedicine dari skrining digital di aplikasi handphone.
Pemerintah melakukan rapid test sebagai deteksi dini. Rapid test, ujar dokter yang juga influencer ini, bisa mengetahui adanya IgG (sembuh) dan IgM (sakit) pada tubuh. "Yang tidak pernah disangka ternyata di masyarakat lebih banyak yang memiliki IgG dari pada IgM. Ini artinya plasmanya bisa disumbangkan untuk menyelamatkan pasien yang rentan," kata dia mengungkapkan.
Sonia mengatakan Kemenkes juga sedang berusaha mencari IgG di masyarakat. Kemenkes berusaha agar semua masyarakat yang terkena Covid-19 bisa selamat. "Yang kuat bisa sembuh sendiri, kelompok yang rentan dibantu oleh plasma orang yang sembuh agar penyakitnya cepat teratasi dan sembuh juga,” ucapnya.
Mengutip data telemedicine yang diperlihatkan Kemenkes, ia mengatakan bahwa ternyata IgG 10 kali lipat dibandingkan dari IgM.