REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ervan Nugroho, Guru SMART Ekselensia Indonesia
“Kok bisa sih siswa SMP SMART menjawab tantangan global?”
“Hehehe.... ada strategi dong!”
Pada bulan Januari setiap tahun, Panitia Seleksi Nasional Beasiswa SMART bergotong royong untuk
‘mencerna‘ dan ‘menghisap’ bibit-bibit siswa. Ya, kita mencari anak muda yang memiliki semangat
untuk berubah dan bertumbuh. Anak muda yang berasal dari ketidakmampuan ekonomi menjadi
siswa yang akan hidup selama lima tahun dengan visi besar. Anak muda yang memiliki semangat
untuk mengalahkan keterpurukan ekonomi menjadi kemapanan ekonomi.
“Bung, gimana cara kau membuat siswa miskin menjadi percaya diri banget?”
Kita punya strategi Bang! Sekolah kita, SMART Ekselensia Indonesia, memiliki karantina yang beken
buat para siswa. Kita awali dulu Bang, dengan seleksi siswa yang pintar tapi miskin untuk diubah
mindset hidupnya. Terus Bang, kita jemput dan didik di sekolah Dompet Dhuafa punya nih di Desa
Jampang.
Sesampainya siswa di sekolah, kita beri asupan gizi berupa matrikulasi.
“Apa itu Bung, matrikulasi?”
Itu lho Bang, semacam penyamaan kemampuan antarsiswa dari berbagai daerah di Indonesia.
“Apa isinya Bung?”
“Quantum Learning, matrikulasi dengan materi krusial dan Pendidikan Dasar Karakter
Kepemimpinan (PDK).”
Tuh, Mas Udin aja tahu kalo Quantum Learning itu keren abis.
“Kok bisa?”
Gimana Mas Udin tuh Quantum Learning?
“Quantum Learning itu ada empat materi yang diberikan buat siswa baru kita. Materi baru itu
berupa super memory system: speed reading, easy writing dan mind mapping.”
Gimana? Mantap kan?!
Kita siapkan para siswa dengan kondisi yang culun menjadi pribadi yang berani tampil di depan
umum. Jangan salah lho, siswa kita awalnya masih memiliki pandangan yang polos. Kita poles
mereka dengan aktivitas individu dan kelompok hingga muncul rasa percaya diri yang tinggi.
Problem anak dari kaum miskin memang percaya diri yang rendah.
Kembali ke QL alias Quantum Learning, siswa kita gembleng untuk mampu mengingat super,
membaca super, menulis super dan memetakan hal-hal dengan super. Dalam kegiatan MPLS (Masa
Pengenalan Lingkungan Sekolah), program wajib dari pemerintah kita tambahkan kegiatan khusus
sekolah. Kegiatan khusus tersebut berupa latihan dasar kelompok. Pertandingan, games dan
kompetisi antargrup kita gelorakan sehingga visi menjadi pribadi yang super dapat tertanam.
Kita ubah cara pandang siswa marginal menjadi bercara pandang seorang negarawan, seniman,
relawan, dermawan, budiman hingga hartawan.
“Gimana tuh cara ngubah mereka?” tanya Bang Jupri.
Insyaallah ada jalannya Bang! Jalannya dengan kita berikan tiga hari dalam sepekan. Para siswa kita
ini menjadi keynote speaker dalam kegiatan Apel Pagi. Mereka gelorakan semangat dalam kajian fiksi
dan nonfiksi. Kalau kita hitung dalam sebulan, ada 12 kali siswa menggelorakan semangat jiwa muda
mereka dengan cara seperti itu.
“Lalu bagaimana dengan tantangan global?”
Bung, permasalahan global bisa kita petakan. Problem global kita berupa kemiskinan, kebodohan,
dan ketamakan. Kemiskinan merupakan problem yang menyeluruh. Miskin dalam bahasa berarti
serbakurang. Serbakurang sendiri multitafsir, bisa kurang harta, kurang ilmu, kurang pahala, bisa
juga kurang amal ibadah. Kemiskinan yang muncul di muka bumi adalah karena ketimpangan kondisi
sosial ekonomi masyarakat. Makin giat seseorang berusaha mandiri tanpa putus harapan, akan
mendapatkan hasilnya. “Usaha tidak mengkhianati hasil”, begitu ungkapan yang sering kita dengar.
“Terus, gimana cara siswa SMART mengalahkan masalah global tadi?” tanya Mbak Mirna.
Jawabannya dengan kita memproses selama lima tahun dengan bantuan para donatur untuk
menjembatani para siswa marginal ini. Mereka dididik, dibina dan dilahirkan kembali menjadi siswa
yang siap bertarung, siap ambil bagian dalam memutus tali nasib buruk ekonomi keluarganya. Siswa
sejak Kelas 7 dilatih belajar tanpa henti atas semua ilmu dan belajar berdagang di sela-sela aktivitas
mereka di sekolah dan asrama.
Siswa SMART diajari memiliki profil Giat Berusaha. Giat Berusaha merupakan salah satu kunci untuk
berhasil. Fakta mengatakan bahwa para penemu hebat dunia berhasil menemukan alat mereka tidak
dalam waktu singkat, namun membutuhkan proses yang panjang. Mereka tidak lelah dan tidak putus
harapan. Mereka inilah contoh figur yang memiliki profil Giat Berusaha.
Alhamdulillah telah banyak siswa kita yang berhasil memutus rantai kemiskinan keluarganya. Ada
yang berhasil menjadi pengusaha gorengan Molen Arab, ada yang berhasil terlibat dalam dunia
telekomunikasi dan informasi, dan banyak lagi. Profil Giat Berusaha akan memberikan hasil yang
baik.
Tantangan global kedua adalah kebodohan. Kebodohan merupakan sumber kezaliman. Orang bisa
berbuat zalim karena tidak tahu akan ilmu. Orang yang tidak berilmu akan menghancurkan apa saja.
Masih ingatkah kau Kawan akan nasehat sahabat Nabi? “Serahkanlah suatu urusan kepada ahlinya.”
Barang siapa yang mengurusi suatu pekerjaan tanpa ilmu maka tunggulah kehancurannya. Siswa kita
ubah dari siswa biasa menjadi siswa luar biasa.
“Gimana strateginya Mas Bejo?” celetuk Dik Puji.
Siswa SMART Ekselensia Indonesia, sudah didoakan dengan nama sekolah yang bagus banget
artinya. SMART berarti pintar, Ekselensia berarti pintar benar. Kurikulum internal sekolah dan
kurikulum eksternal kita padukan menjadi kurikulum yang holistik bagi siswa. Materi khas sekolah
kita optimalkan dengan waktu tatap muka yang sedikit berbeda dengan waktu belajar arahan dinas
pendidikan.
Quantum Learning selalu kita gunakan dalam kegiatan moving class kita. SMART juga didukung
dengan guru-guru hebat yang piawai dengan beragam model dan inovasi pembelajaran. Selain itu para siswa diberikan waktu yang banyak untuk membaca. Perpustakaan SMART tersedia dengan
ribuan referensi yang dibutuhkan.
Mencipta siswa menjadi pembelajar sejati merupakan visi sekolah ini. Lantunan Mars SMART yang
meniupkan angin segar membangun diri sebagai pembelajar sejati terus mengiringi. Momen
kejuaraan, pertandingan dan olimpiade terus diikuti, guna mengasah pikiran dan harapan para
siswa. Demikian pula kegiatan ilmiah yang berupaya kita kembangkan dalam diri para siswa.
Banyak siswa SMART yang telah menjadi pemimpin di kampusnya. Mereka menjadi pemimpin bagi
mahasiswa lainnya. Mereka menunjukkan bahwa sebagai pribadi yang soleh perlu dan penting untuk
beramal baik bagi sesama. Kalau mereka ‘bodoh’ maka tidak akan dipercaya menjadi seorang
pemimpin di kampusnya.
“Saat ini mereka memimpin organisasi kampus, di masa depan mereka akan memimpin organisasi
dunia.”
Kepekaan sosial, daya nalar, dan kemampuan berpikir kritis selalu para guru berikan dalam proses
belajar mengajar yang apik di setiap waktu. Kemampuan berpikir kritis dan berpikir tingkat tinggi
dikembangkan pada momen-momen pembelajaran baik di dalam maupun luar kelas. Inilah profil
kedua siswa SMART, Pembelajar Sejati.
Profil Pembelajar Sejati menitikberatkan pada berapa banyak buku yang telah dipelajari, dibaca dan
dikaji kandungan ilmunya, untuk kemudian dijadikan bahan diskusi bersama. Jangan salah kira lho,
siswa kita doyan melahap buku. Satu buku tak pernah cukup. Mantap pisan mereka, buku dilahap,
internet dilahap, hingga film-film inspiratif pun merek lahap.
Proses belajar yang menyenangkan insyaallah akan menghasilkan buah yang baik.
“Seperti apakah belajar yang menyenangkan itu Bung?”
Belajar dengan model dan media yang menarik, yaitu model dan media yang rutin diupgrade
sehingga tak muncul rasa bosan. Memang sih, butuh waktu dan energi lebih untuk itu semua.
Namun bukan mustahil untuk dilakukan bukan?!
Ya, permasalahan kebodohan bisa kita atasi dengan menyemangati para darah muda ini untuk
senantiasa baca, baca, dan baca. Quantum Learning pun dioptimalkan, forum diskusi bermutu juga
dioptimalkan.
Profil Pembelajar Sejati pun diwujudkan dengan menjadi mahasiswa pascasarjana di negara orang.
Siswa SMART Ekselensia menjadi mahasiswa program pasca di Belanda, pengalaman yang baik untuk
kaum marginal menimba ilmu di negeri manca. Pembelajar Sejati inilah profil yang senantiasa diikuti
para siswa hingga mereka berani belajar di Malaysia, Perancis dan negara lainnya.
“Bang, masih ada permasalahan global ketiga, ketamakan.”
Ketamakan menjadi masalah global karena banyak manusia itu tamak. Secara bahasa, ketamakan
merupakan sebuah upaya mendapatkan yang lebih untuk diri sendiri. Ketamakan menggerogoti
dunia. Bisnis dikuasai oleh segelintir orang, sekelompok kecil manusia. Dunia dikuasai oleh kebijakan
segelintir negara. Perusahaan dikuasai oleh segelintir orang, hingga muncul monopoli, liberalisme
dan kapitalisme.
Profil siswa SMART ketiga adalah Kedermawanan. Inilah yang menjawab tantangan global
ketamakan tadi. Kedermawanan siswa disuguhkan dengan pola hidup sederhana, pola makan yang sederhana, pola komunikasi yang seadanya, dan belajar yang mengoptimalkan potensi sarana
prasarana yang ada.
Siswa kita desain untuk senantiasa ikut ambil bagian dalam kegiatan sosial kemasyarakatan,
terutama kegiatan yang sifatnya membangun desa. Siswa beberapa hari belajar di desa orang lain
untuk berbagi ilmu, berbagi kesempatan dan berbagi amal ibadah dengan membangun sarana
pendidikan, ibadah dan pembinaan karakter masyarakat.
Siswa SMART berprofil Kedermawanan untuk dunia. Mereka lahir dari keluarga miskin dan
merasakan menjadi orang yang serbakurang. Rasa menerima ini dilatih untuk beradaptasi menjadi
pribadi yang sederhana. Tanpa melupakan kulit mereka, siswa kita berubah menjadi pribadi yang
berada namun tidak tamak.
Lembagalah yang bertugas mengajar mereka untuk mendahulukan kepentingan orang lain sebelum
kepentingan pribadi. Dompet Dhuafa membangun sekolah ini untuk menciptakan pribadi siswa
SMART yang di kemudain hari menjadi dermawan. Peduli untuk negara dan bangsanya. Demikianlah,
kedermawanan menjadi profil siswa SMART untuk mengalahkan permasalahan global.
Dengan empat puluh siswa di setiap angkatannya, para guru dan lembaga berupaya menciptakan
siswa dengan profil ideal bagi dunia. Giat Berusaha, Pembelajar Sejati dan Kedermawanan, dibingkai
dalam kereligiusan maka akan menciptakan pribadi yang diidamkan oleh para leluhur bangsa.
Bangsa Indonesia akan menjadi negara maju dan berjaya dengan keberadaan para siswa ini.
Merekalah generasi muda berprofil SMART, berkarakter pemimpin dan berjiwa Islami. Semoga kelak
mereka mampu menjadi solusi bagi permasalahan bangsa dan dunia ini. Amin.