REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarah Kerajaan Tarumanegara menjadi tema belajar dari rumah TVRI pada Kamis (30/4) untuk siswa SD kelas 4-6. Dalam tayangan tersebut, ada pertanyaan tentang bukti berdirinya kerajaan Tarumanegara. Lalu apa saja buktinya?
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia menjelaskan, bukti berdirinya Kerajaan Tarumanegara bersumber dari tujuh prasasti yang tersebar di Jakarta, Bogor, dan Banten. Tujuh prasasti yang ditemukan dan menjadi bukti adalah:
1. Prasasti Ciaruten yang di dalamnya terdapat gambar sepasang telapak kaki, lukisan laba-laba, dan huruf ikal melingkar. Dalam prasasti tersebut berisi: Vikkrantasyavanipateh Srimatah purnnavarmmanah Tarumanagarendrasya Visnoriva padadvayam (Inilah sepasang telapak kaki yang seperti kaki dewa wisnu ialah kaki yang mulya sang purnawarman raja di negeri taruma yang gagah berani di dunia).
2. Prasasti Kebon Kopi yang ditemukan di Kebon Kopi di Kampung Muara Hilir, Bogor. Isi dari prasasti ditulis dengan aksara pallawa dengan bahasa Sansekerta. Isi kalimat tersebut adalah: Jayavisalasyya tarumendrasya hastinah... Airwaytabhasya vibatidampadadvayam (Di sini nampak sepasang kaki gajah seperti airawat. Gajah penguasa taruma yang agung dan bijaksana).
3. Prasasti Jambu yang ditemukan di Pemukiman Jambu di Bukit Pasit Koleyangkak, Bogor. Dalam prasasti tersebut diterjemahkan "Telapak kaki ini milik Sri Purnawarman, Raja Tarumanegara. Baginda termasyhur gagah berani jujur dan setia dalam menjalankan tugasnya."
4. Prasasti Cidanghiyang yang ditemukan di Sungai Cidanghiang di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten. Prasasti yang ditemukan pada 1947 itu bertuliskan dua baris kalimat puisi yang ditulis dengan huruf palawa bahasa sansekerta. Isinya menyanjung keberanian Raja Purnawarman.
5. Prasasti Pasir Awi yang ditemukan di lereng selatan Bukit Pasir Awi, Bogor. Sayangnya belum ada sejarawan atau arkeolog yang mengartikan isi prasasti itu.
6. Prasasti Muara Cianten yang juga belum ada arkeolog mengartikan.
7. Prasasti Tugu yang terbuat dari batu dan dipahat berbentuk lonjong telur itu ditemukan di Kampung Batutumbuh, Desa Tugu, Koja, Jakarta Utara. Prasasti tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati sepanjang 6.112 tombak atau setara 11 kilometer oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya. Penggalian sungai selama 21 hari tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau. Prasasti itu saat ini tersimpan di Museum Nasional.