Jumat 01 May 2020 12:47 WIB

Covid-19 Sebabkan Pembiayaan Baru Adira Finance Turun

Pada kuartal I 2020, Adira Finance mencatatkan pembiayaan baru Rp 8,4 trilliun.

Rep: Retno Wulandhari/Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Adira Finance, salah satu perusahaan pembiayaan di dalam negeri.
Adira Finance, salah satu perusahaan pembiayaan di dalam negeri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meluasnya penyebaran virus Covid-19 di Indonesia saat ini menjadi tantangan bagi Industri otomotif. Hal ini pun turut mempengaruhi kinerja bisnis perusahaan pembiayaan Adira Finance.

Pada kuartal I 2020, Adira Finance mencatatkan pembiayaan baru sebesar Rp8,4 trilliun. Capaian tersebut turun 11 persen secara yoy dibandingkan tahun sebelumnya.

Baca Juga

"Penurunan ini disebabkan melemahnya daya beli konsumen akibat dari penyebaran Covid-19, dan penurunan harga komoditas seperti minyak, batu bara, dan CPO," kata Presiden Direktur Adira Finance Hafid Hadeli, Kamis (30/4).

Hafid mengakui, secara keseluruhan penjualan segmen sepeda motor dan mobil mengalami penurunan. Performa bisnis tersebut relatif sejalan dengan penurunan industri di sepanjang kuartal I 2020.

Pembiayaan sepeda motor Adira Finance pada kuartal I 2020 mengalami penurunan sebesar 13 persen menjadi Rp 4,1 triliun. Khusus segmen motor baru hanya mengalami penurunan sebesar 2 persen menjadi Rp 3,4 triliun.

Honda berkontribusi terbesar dengan komposisi 64 persen dari total pembiayaan sepeda motor. Sementara Yamaha berkontribusi kedua terbesar dengan komposisi 29 persen dari total pembiayaan.

Secara keseluruhan pembiayaan mobil baru juga turun sebesar 27 persen secara yoy menjadi Rp 1,7 triliun. Penurunan ini akibat dampak dari melemahnya penjualan industri mobil disertai dengan penurunan permintaan dari segmen komoditas.

Dari sisi keuangan, Hafid menyatakan, Adira Finance masih tetap mencatatkan kinerja yang positif. Kinerja keuangan Adira Finance mengalami kenaikan pada kuartal I 2020 seiring pertumbuhan asset pembiayaan.

Perusahaan mencatatkan kenaikan pendapatan bunga sebesar 5,5 persen secara yoy menjadi Rp 3,1 triliun, sementara biaya bunga naik 6,4 persen menjadi Rp 1,2 triliun. Sehingga pendapatan operasional naik sebesar 8,7 persen menjadi Rp 2,1 triliun.

"Secara keseluruhan laba bersih setelah pajak perusahaan naik 12,5 persen menjadi Rp 520 miliar," terang Hafid.

Hafid mengatakan, Adira Finance tetap melakukan penyaluran pembiayaan baru walaupun disesuaikan dengan kriteria dan kondisi saat ini. Namun, manajemen akan lebih berhati-hati dan selektif dalam penyaluran pembiayaan baru dalam menghadapi lingkungan bisnis yang memburuk.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement