REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan, seluruh elemen bangsa harus bersatu dalam menghadapi pandemik Covid-19 di Tanah Air.
Hadi saat memberikan orasi ilmiah pada acara wisuda secara daring yang diselenggarakan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Sabtu (2/5), juga menganalogikan penanganan pandemik Covid-19 adalah sebuah peperangan dengan virus corona sebagai musuh bersama. "Seluruh komponen harus bersatu. Saat itulah kita baru tersadar ternyata sektor industri kita belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri," ujar Hadi.
Termasuk, pemenuhan alat rapid test. Terlebih dalam pandemik corona ini, alat tes untuk PCR itu, sangat dibutuhkan. "Yang lagi-lagi ternyata belum dapat diproduksi di dalam negeri. Walau pun kita mengekspor masker medis ke banyak negara, bahan bakunya masih kita dapatkan dari impor," tutur Hadi.
Kondisi inilah, kemudian membuat dunia pendidikan, dunia penelitian, dan industri dalam negeri bergerak untuk mengatasi wabah corona. "Lembaga pendidikan tinggi, lembaga riset dan industri berupaya memproduksi alat kesehatan yang dibutuhkan untuk melawan Covid-19. Masyarakat luas juga membuat masker kain untuk keperluan pemakaian sehari-hari. Sebagian masyarakat bahkan mendonasikan produknya," ucap mantan kepala staf TNI Angkatan Udara (KSAU) ini.
Kemudian, semangat persatuan dan kesatuan mulai bangkit. "Kesadaran untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa inilah saatnya kita berbenah. Merapikan segala sesuatunya sehingga Indonesia dapat maju dan mandiri," ujar Hadi.
Menurut Hadi, momentum ini yang membuat tersadar, jangan sampai hilang. "Kesadaran bahwa pertanian dan peternakan rakyat harus dibangun tidak boleh hilang. Demikian pula kebutuhan industri farmasi dalam negeri, untuk menghasilkan obat-obatan yang dibutuhkan ratusan juta rakyat. Dengan potensi penduduk dan wilayahnya, Indonesia memiliki potensi yang dahsyat untuk menjadi negara maju," tuturnya.
Dengan potensi penduduk dan wilayahnya, Hadi meyakini, Indonesia memiliki potensi yang dahsyat untuk menjadi negara maju. Hal itu pula yang ia nilai akan menjadikan Indonesia dianggap sebagai satu dari hanya tiga negara yang akan memiliki pertumbuhan ekonomi yang positif pada 2020 di tengah pandemik.
"Pekerjaan rumah kita sangat panjang. Kita dapat belajar dari sejarah. Tidak ada negara maju yang mencapai kemajuannya secara instan. Semua itu buah dari upaya dan kerja keras dengan pondasi SDM yang unggul," katanya.
Pada acara wisuda periode II Tahun 2020, UNS Surakarta menggelar wisuda secara daring atau online untuk pertama kalinya. Dalam wisuda yang digelar secara daring tersebut diikuti sebanyak 259 wisudawan.