Selasa 05 May 2020 15:30 WIB

Kemendikbud: Konten Pendidikan Digital tak Mengandung SARA

Konten-konten pendidikan digital melalui video akan melekat pada memori anak.

[Ilustrasi[ Guru SD berkomunikasi dengan siswa saat proses belajar mengajar (PBM) melalui aplikasi media daring.
Foto: ANTARA/Arif Firmansyah
[Ilustrasi[ Guru SD berkomunikasi dengan siswa saat proses belajar mengajar (PBM) melalui aplikasi media daring.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI menegaskan setiap konten pendidikan digital supaya tidak mengandung unsur suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA), serta kekerasan fisik. Konten digital itu untuk mendukung pembelajaran anak didik.

"Untuk tips pembuatan konten pembelajaran anak ini usahakan betul tidak mengandung unsur SARA," kata Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi Kemendikbud M. Hasan Chabibie melalui video konferensi di Jakarta, Selasa (5/5).

Baca Juga

Ia menyampaikan hal tersebut sebab dalam konten-konten digital identik dengan video atau sejenisnya yang jika disampaikan pada anak akan menjadi lekatan memori luar biasa. "Hari ini kalau kita bicara konten digital pasti ada unsur hiburan. Tidak masalah jika anak-anak kita akses konten hiburan tapi jauhkan betul dari yang sifatnya SARA," katanya.

Sebab, kata dia, dikhawatirkan dengan ingatan anak yang bagus, hal-hal bersifat SARA dan kekerasan fisik juga melekat lama di memori mereka jika diperlihatkan secara terus menerus. Karena itu, ujar dia, sedapat mungkin hal-hal semacam itu dijauhkan dari mereka sejak kecil untuk kemudian diganti dengan konten-konten mendidik serta menarik yang diharapkan dapat memberikan inspirasi jangka panjang secara positif pula.

Terkait dengan pemilihan konten digital, ia juga mengingatkan para pendidik agar tidak kejar kurikulum sebagaimana dilakukan saat normal sebelum pandemi Covid-19. "Ini sudah sering disampaikan Pak Menteri dan saya rasa diamini oleh setiap pihak, praktisi dan pemerhati pendidikan mana pun karena memang situasinya darurat," ujar dia.

Hal yang tidak kalah penting, katanya, konten digital bagi pembelajaran anak juga harus diiringi dengan adanya literasi yang cukup pada para orang tua. Salah satunya, katanya, tidak terjebak pada link-link atau website yang sifatnya hoaks, tidak jelas sumber beritanya, serta tidak dapat dipertanggungjawabkan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement