Rabu 06 May 2020 06:56 WIB

Industri Nasional Hadapi 'New Normal' di Tengah Pandemi

Pemerintah berupaya menjaga laju produksi industri nasional kendati permintaan anjlok

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Friska Yolandha
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. Pemerintah berupaya menjaga laju produksi industri nasional kendati permintaan anjlok.
Foto: Antara/Nova Wahyudi
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. Pemerintah berupaya menjaga laju produksi industri nasional kendati permintaan anjlok.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri nasional sedang bersiap menghadapi 'the new normal' atau kondisi normal baru di tengah pandemi Covid-19. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan, normal baru yang dimaksud adalah berjalannya operasional produksi dengan selalu menaati protokol kesehatan.

Airlangga menjelaskan, pemerintah sedang berupaya menjaga laju produksi industri nasional kendati permintaan terhadap sejumlah sektor sedang anjlok. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan tetap mendorong industri-industri strategis beroperasi tanpa meninggalkan protokol kesehatan demi mencegah penularan Covid-19. Di masa yang akan datang, bisa jadi protokol Covid-19 menjadi bagian tak terpisahkan dari operasional pabrik.

Baca Juga

"Kita mengharapkan ada program exit strategy dengan metode normal baru di mana untuk pabrik harus menjalankan protokol Covid-19, kemudian persiapan relaksasi menggunakan masker, dan lainnya sesuai dengan standar Covid-19. Dan ini sedang disiapkan BNPB," jelas Airlangga usai mengikuti rapat terbatas dengan Presiden Jokowi, Selasa (5/5).

Industri nasional memang menghadapi tantangan yang cukup berat, berupa anjloknya konsumsi rumah tangga. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, konsumsi rumah tangga sebagai roda penggerak PDB nasional melambat signifikan menuju level 2,84 persen. Angka ini jauh merosot dibanding capaian pada periode tahun lalu sebesar 5,02 persen.

Sementara itu pertumbuhan ekonomi nasional kuartal I 2020 juga mentok di level 2,97 persen. Airlangga menyebutkan, angka ini masih berada dalam rentang prediksi yang tertuang pada APBN Perubahan 2020 yakni 2,3 persen untuk pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini.

"Kita harus terus menjaga pertumbuhan di mana terlihat dari segi konsumsi sudah turun ke 2,8 persen, kemudian juga kita melihat bahwa dari segi pembentukan modal atau ekspor impor mengalami penurunan di mana penurunan impor sudah minus 2,19 (persen)," jelas Airlangga.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement