REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika.
Inilah pandangan Buya Hamka soal kebolehan wanita jadi Sultan atau pemimpin. Ini merujuk pada kisah-kisah yang terjadi pada sejarah Kerajaan di Nusantara -- khusunya Kesulatanan Aceh -- Hamka menuliskan soal ini dalam bukua karyanya pada awal tahun 1960-an: 'Dalam Perbendaharaan Lama'.
Hakma menuliskannya dalam bukunya tersebut dalam chapter: BOLEHKAH WANITA JADI SULTAN? Isinya sebagai berikut:
Satu perbincangan yang mendalam pula, di samping membicarakan Ilmu Tasawuf, di zaman kejayaan Aceh itu ialah tentang sah tidaknya orang perempuan menjadi Sultan.