REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Orang yang menderita Covid-19 parah dapat terkena gangguan sistem saraf serius yang dikenal sebagai sindrom Guillain-Barre. Namun, itu termasuk kasus yang jarang terjadi.
"Sindrom Guillain-Barre adalah kondisi yang membuat sistem kekebalan tubuh seseorang menargetkan saraf perifer sebagai benda asing kemudian menyerangnya," jelas Dr Anthony Geraci, yang mengarahkan pengobatan neuromuskuler di Northwell Health di Great Neck, New York.
Dilansir Health24, Jumat (8/5), Geraci menjelaskan, gejala-gejala gangguan sindrom Guillain-Barre termasuk kelemahan, areflexia (tidak adanya refleks), paraesthesia (kesemutan), dan dalam beberapa kasus kelemahan wajah dan ataxia (keseimbangan buruk).
Para ahli mencatat, bukan hal yang luar biasa jika kasus penyakit menular yang parah memicu Guillain-Barre. Menurut penulis studi terbaru asal Italia, sindrom ini juga terlihat pada pasien yang berjuang melawan virus Epstein-Barr, cytomegalovirus dan, terutama infeksi Zika, penyakit yang ditularkan oleh nyamuk.
Studi ini ditulis oleh tim dokter yang memerangi wabah besar Covid-19 di kota Pavia, Italia utara. Melaporkan dalam edisi daring 17 April dari New England Journal of Medicine, para penulis mengatakan bahwa antara 28 Februari dan 21 Maret, tiga rumah sakit di wilayah tersebut merawat sekitar 1.200 pasien Covid-19. Lima dari pasien tersebut menunjukkan gejala yang kemungkinan besar disebabkan oleh Guillain-Barre.
Menurut tim penelit, gejala Guillain-Barre cenderung muncul dalam waktu lima hingga 10 hari sejak timbulnya gejala umum Covid-19. Gejala awal Guillain-Barre termasuk kelemahan pada kaki, kesemutan, dan kelemahan otot wajah. Dalam dua hari berikutnya, gejala neurologis memburuk sampai keempat anggota badan melemah atau lumpuh.
Kelima pasien mendapatkan terapi imunoglobulin untuk meningkatkan respons imun terhadap virus corona. Sementara itu, satu pasien diobati dengan plasma darah yang kaya antibodi dari penyintas Covid-19.
Sebulan dirawat, dua pasien tetap berada di unit perawatan intensif (ICU) dan menerima alat bantu napas, dua lainnya sedang menjalani terapi fisik karena flaccid paraplegia alias kehilangan kemampuan untuk menggerakkan tungkai dan panggul atas minimal, dan satu pasien lagi telah dipulangkan dan mampu berjalan secara mandiri.
Sebagai ahli saraf di Lenox Hill Hospital di New York City, AS, Dr Sami Saba, mengatakan bahwa dia setuju bahwa banyak infeksi dapat menjadi pemicu sindrom Guillain-Barre. Jadi, tidak sepenuhnya mengejutkan kalau kemudian ada kasus Guillain-Barre yang terkait dengan virus corona baru.
Saba mengatakan bahwa karena banyak pasien ICU dengan Covid-19 yang dibius dan menggunakan ventilasi mekanik, sulit untuk mengatakan apakah anggota tubuh mereka berfungsi sebagaimana mestinya.