Ahad 10 May 2020 04:33 WIB
Menteri BUMN Erick Tohir akan mengubah wajah Sarinah.

Tepatkah Erick Thohir Mengubah Wajah Sarinah?

Mengubah wajah Sarinah

Warga melintas di depan toko Sarinah yang tutup, di Jakarta, Selasa (7/4/2020). Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto telah resmi menetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah DKI Jakarta dalam rangka percepatan penanganan COVID-19, penetapan tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/239/2020.
Foto: ANTARA/Galih Pradipta
Warga melintas di depan toko Sarinah yang tutup, di Jakarta, Selasa (7/4/2020). Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto telah resmi menetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah DKI Jakarta dalam rangka percepatan penanganan COVID-19, penetapan tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/239/2020.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Elba Damhuri*

Sarinah tiba-tiba menarik perhatian banyak orang. Rencana Menteri BUMN Erick Thohir mengubah wajah Sarinah lebih Indonesia mendapat sorotan.

Salah satu yang ramai diperbincangkan --dan sesekali masuk ranah baper-- terkait dengan hilangnya McDonald's di Sarinah. Dengan konsep baru Sarinah, McD Sarinah terpaksa hengkang karena tidak dianggap tidak cocok.

Kecuali, memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan Kementerian BUMN. Syarat-syaratnya, Erick Thohir menyebutkan harus McD memperkuat identitas produk Indonesia di makanan dan minuman siap saji perusahaan global asal Amerika Serikat (AS) itu.

Sarinah harus menjadi jendela bagi dunia usaha nasional terutama UMKM. Langkah Erick Thohir atas dukungan penuh Presiden Joko Widodo untuk mengembalikan khittah Sarinah ke semangat awal ini bukan tanpa alasan jelas.

Sejarah Sarinah adalah pemberdayaan UMKM. Sejarah Sarinah adalah Indonesia harus berdiri di atas kaki sendiri (berdikari). Sarinah adalah cermin ekonomi rakyat.

Sarinah dibentuk pada 17 Agustus 1962 oleh Presiden Sukarno. Kala itu, Sukarno ingin ada wadah kegiatan perdagangan produk dalam negeri untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Maka Sarinah menjadi wahananya.

Pemberdayaan ekonomi rakyat pun harus mencerminkan kemodernan. Maka Sukarno membangun Gedung Sarinah di Jl MH Thamrin Jakarta yang diresmikan pada 15 Agustus 1966, menandakan hadirnya pusat perbelanjaan modern pertama di Indonesia.

Amanat Presiden Soekarno jelas: Sarinah harus menjadi pusat perdagangan dan promosi barang-barang produksi dalam negeri, terutama hasil pertanian dan perindustrian rakyat.

Nama Sarinah sendiri diambil dari nama salah satu pengasuh Presiden Soekarno di masa kecil. Kesan mendalam tentang kebesaran jiwa sang pengasuh menginspirasi penyematan nama tersebut.

Atas semangat ini, pada awal Desember 2019 --beberapa pekan setelah pelantikan Kabinet Kerja Jilid II Pemerintahan Jokowi-- Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki menemui Menteri BUMN membahasa Sarinah.

Teten dan Erick sepakat adanya revitalisasi dan pengembangan bisnis Sarinah. Kemenkop UKM ingin mendorong Sarinah sebagai showroom bagi produk-produk UKM.

Semangatnya, produk-produk yang dijual di Sarinah adalah 100 persen produk lokal. Teten mengaku masih melakukan kajian mengenai konsep Sarinah ke depan.

Dari pertemuan itu juga disinggung kemungkinan revitalisasi bangunan yang akan dibuat semenarik mungkin agar mendorong minat konsumen datang ke Sarinah.

Diferensiasi menjadi kunci bagi pengembangan Sarinah. Pasalnya, Sarinah agak sulit bersaing dengan pusat perbelanjaan yang besar di sekitar Sarinah seperti Grand Indonesia atau Plaza Indonesia.

Sejak awal-awal menjadi Menteri BUMN, Erick Thohir memang ingin menjadikan Sarinah sebagai wadah bagi produk-produk UMKM. Erick Thohir pun mendorong BUMN perbankan ikut serta mengubah wajah Sarinah ke depan.

Sinergi menjadi penting. Erick memberi contoh BRI yang nantinya akan memberikan dukungan terkait pembiayaan atau keahlian (expertise).

Apabila transformasi Sarinah berjalan lancar, Erick berencana mendorong Sarinah membuka outlet di bandara-bandara yang memang menjadi pusat tujuan wisata seperti Bali dan Labuan Bajo.

Niat luhur menjadikan UMKM sebagai motor ekonomi dan mendapat tempat khusus di Sarinah bukan sesuatu yang berlebihan. Sektor UMKM memberikan kontribusi besar terhadap produk domestik bruto (PDB) alias pertumbuhan ekonomi nasional hingga di atas 60 persen.

Sektor UMKM membuka lapangan kerja yang sangat luas hingga 99 persen dari total lapangan kerja Indonesia. Sektor UMKM juga menyerap 89 persen dari total tenaga kerja.

Tak heran jika sektor ini menjadi fondasi kokoh perekonomian nasional. Apalagi, sektor UMKM ikut menyumbang devisa ekspor lebih dari 15 persen dan mampu membentuk investasi sampai 60 persen dari total investasi di dalam negeri.

Menunggu Konsep Baru Sarinah

Atas pertimbangan-pertimbangan itulah transformasi dan perubahan Sarinah menjadi sangat penting. Sarinah akan direvitalisai dan gedungnya segera direnovasi. Pembaharuan ini dinilai penting dilakukan agar Sarinah bisa bersaing dengan bisnis serupa lainnya.

"Banyak hal yang harus dibenahi oleh Sarinah. Pembaharuan perlu dilakukan untuk dapat tetap bersaing, namun dengan tidak meninggalkan nilai sejarah dari Sarinah itu sendiri," kata Menteri BUMN Erick Thohir, Sabtu (9/5).

Erick mengatakan saat ini dirinya bersama Presiden Joko Widodo sedang mendiskusikan konsep Sarinah ke depannya. Menurut Erick, Sarinah harus mencerminkan nilai-nilai luhur yang diusung oleh pencetusnya yaitu mantan presiden Sukarno.

Sarinah nantinya harus mengedepankan konsep ritel yang lebih ramah kepada Indonesia. Artinya, Sarinah memiliki keberpihakan kepada merek serta produk-produk hasil dari UMKM.

Erick menambahkan, transformasi Sarinah pada intinya kembali ke khitahnya dengan tetap menjaga keutuhan warisan para pendiri bangsa namun dengan kemasan dan eksistensi kekinian.

Di samping itu, pembaharuan juga harus menjanjikan pertumbuhan usaha berkelanjutan dimasa depan.

Renovasi gedung Sarinah rencananya dijadwalkan pada Juni tahun ini. Namun belum redanya wabah Covid-19, pekerjaan renovasi dimulai dengan pekerjaan desain, arsitektur, pemetaan, audit teknis, dan lain-lain yang tidak menimbulkan kerumunan.

Bagaimana wajah baru Sarinah? Kita tunggu saja.

*Managing Editor Republika.co.id

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement