Selasa 12 May 2020 18:07 WIB

Alquran Berikan Panduan Membentuk Tatanan Sosial yang Aman

Alquran memiliki banyak keistimewaan.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
 Alquran Berikan Panduan Membentuk Tatanan Sosial yang Aman. Foto: Ilustrasi Alquran
Foto: pxhere
Alquran Berikan Panduan Membentuk Tatanan Sosial yang Aman. Foto: Ilustrasi Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Alquran merupakan kitab mukjizat yang memiliki keistimewaan dari berbagai sisinya. Begitu juga dari sosial kemasyarakatan, ayat-ayat Alquran telah memberikan panduan kepada kita sebagai umat manusia bagaimana membentuk sebuah masyarakat yang rukun, sejahtera dan makmur sentosa (tentram).

"Sebagaimana Islam adalah agama yang syamil dan kamil, maka demikian juga dengan kitab Alquran yang merupakan kitab pedoman bagi umatnya," kata Ketua Umum Pengurus Besar Pemuda Al Irsyad, Fahmi Bahreisy, Lc. MSi saat berbincang dengan Republika, Sabtu (2/5) kemarin.

Baca Juga

Terkait dengan sosial, kata Ustaz Fahmi, Alquran secara lengkap memberikan panduan bagi umat manusia cara yang tepat untuk menata kehidupan masyarakat yang baik. Dimulai dari hubungan keluarga, bertetangga, bermasyarakat dan bernegara.

Menurutnya, Alquran bukan hanya cakupannya yang bersifat menyeluruh, akan tetapi metode pembinaannya pun juga berproses dan bertahap. Alquran lebih mendahulukan aturan yang bersifat antisipatif dan pencegahan daripada hukuman dan sanksi.

"Maka itu ada kaidah syar'i yang berbunyi, "Ad-Daf'u awla minar raf'i" yakni; mencegah lebih diprioritaskan daripada memperbaiki," katanya.

Ia menuturkan, tatkala aturan yang bersifat pencegahan tersebut diabaikan, sehingga ia jatuh pada perbuatan munkar, maka Allah telah siapkan aturan lainnya yang berisi hukuman dan sanksi sebagai bentuk efek jera bagi pelakunya dan sebagai warning bagi orang lain.

Ustaz Fahmi menyampaikan, dalam kehidupan bermasyarakat, Allah telah berfirman dalam surat Al Hujurat ayat 11-12  yang artinya.

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.  Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang."

Dua ayat ini merupakan ayat yang isinya bertujuan untuk mencegah terjadinya konflik dan perselisihan di antara umat manusia. Alquran telah memberikan metode terbaik untuk mengantisipasi potensi konflik dan permusuhan melalui dua ayat di atas. Namun, kata dia, Allah SWT Dzat Yang Maha Pencipta, sangat mengetahui bahwa manusia dipenuhi dengan syahwat dan penyakit hati yang berpotensi untuk menciptakan terjadinya tindakan kriminal dan kejahatan.

Oleh karena itu, Allah membuat aturan-aturan yang berisi sanksi dan hukuman bagi para pelaku kejahatan dan kriminal. Orang yang melakukan pembunuhan misalnya, Allah SWT telah menetapkan aturan bahwa pelaku pembunuhan balasannya adalah juga dibunuh.

Atau orang yang melakukan pencurian, maka ia terkena hukum potong tangan. Orang yang berzina, maka dia terkena hukuman cambuk, dan sebagainya.

Ustaz Fahmi menyarankan, aturan yang bersifat sanksi dan hukuman ini jangan dipandang sebagai bentuk kekerasan bagi pelakunya, akan tetapi itu semua demi terciptanya tatanan masyarakat yang aman, sejahtera dan rukun. Maka itu terkait dengan hukuman bagi kasus pembunuhan, Allah SWT berfirman Al-dalam surah Al-Baqarah ayat 179 yang artinya.

"Dan dalam qisas itu ada (jaminan) kehidupan bagimu, wahai orang-orang yang berakal, agar kamu bertakwa."

Dalam kasus perzinahan, Allah juga telah membuat aturan di dalam Alquran bahwa cara terbaik untuk mencegah terjadinya perzinahan adalah membatasi hubungan antara laki-laki dan wanita yang bukan mahramnya. Mengatur cara berpakaian sekaligus memerintahkan orang-orang yang beriman.

"Baik laki-laki ataupun wanita untuk saling menundukkan pandangannya," katanya.

Dalam surah Al-Isra ayat 32 Allah berfirman yang artinya "Janganlah kalian mendekati perzinahan, sesungguhnya ia adalah perbuatan yang keji dan jalan yang terburuk."

Maka segala bentuk perbuatan yang menjurus pada perbuatan zina, hal itu termasuk dalam perbuatan yang diharamkan. Jika ada yang mengabaikan hal tersebut hingga akhirnya ia jatuh pada perzinahan, Allah dalam surah An-Nur ayar 2 telah menyiapkan hukumannya.

 "Orang yang berzina, wanita ataupun laki-laki, maka canmbuklah keduanya dengan 100 kali cambukan."

Oleh karena itu, jika kita perhatikan dalam beberapa ayat Alquran dipergunakan redaksi "Wa laa taqrabuu", "wa in khiftum", "wal yakhsya" atau redaksi lainnya yang mengisyaratkan agar kita memiliki sikap waspada jangan sampai terjatuh pada tindakan kemunkaran.

"Sebab, Allah tidak ingin menjatuhkan kita pada kesulitan dan kesengsaraan," katanya.

Oleh sebab itu, jika bercermin pada masa khilafah Umar bin Khattab, masyarakat yang hidup di masa tersebut dipenuhi dengan ketentraman dan rasa aman. Sampai-sampai tatkala Umar bin Khattab wafat, ada seorang wanita dia Baghdad melihat ada seekor srigala memangsa kambing atau sejenisnya.

Lalu ia berkata, "Pada hari ini, khalifah telah wafat." Kemudian ada seseorang yang bertanya padanya, "Bagaimana engkau tahu, padahal Khalifah di Madinah dan engkau di Baghdad?" Ia menjawab, "Tidak pernah seekor singa berani memangsa kambing semasa khalifah." Subhanallah, sampai seekor kambing pun merasa aman di masa Khalifah Umar.    

Dengan demikian, jelaslah bahwa Alquran dengan segala aturan yang ada di dalamnya bukanlah diturunkan untuk mempersulit kehidupan kita, justru sebaliknya, ia memberikan metode dan solusi terbaik untuk meuwujudkan tatanan kehidupan sosial yang baik.

"Jika kita beriman, bertakwa dan taat pada seluruh perintah Allah, niscaya kehidupan masyarakat yang madani bukanlah sebuah mimpi, tapi akan menjadi sebuah kenyataan," katanya. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement