Rabu 13 May 2020 13:43 WIB

Tanggapi Rencana Relaksasi, MUI: Pertimbangkan dengan Baik

MUI meminta pemerintah mempertimbangkan dengan baik rencana relaksasi.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Sekjen MUI, Anwar Abbas, meminta pemerintah mempertimbangkan dengan baik rencana relaksasi.
Foto: Republika TV/Mauhammad Rizki Triyana
Sekjen MUI, Anwar Abbas, meminta pemerintah mempertimbangkan dengan baik rencana relaksasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas menuturkan, rencana pelonggaran penutupan masjid dan rumah ibadah lain harus mempertimbangkan aspek perlindungan terhadap setiap orang. Artinya, jika itu tidak membuat orang-orang terlindungi wabah Covid-19, maka jangan dilakukan.

"Terkait relaksasi yang akan diambil pemerintah, bagi MUI, yang penting apakah dengan tindakan relaksasi itu diri dan jiwa manusia bisa terlindungi atau tidak. Kalau bisa, silakan dilakukan. Kalau tak bisa, jangan dilakukan karena berbahaya dan bertentangan dengan tujuan agama," katanya dalam keterangan tertulis, Rabu (13/5).

Baca Juga

Para ulama, jelas Anwar, menyimpulkan bahwa tujuan dari diturunkannya syariat Islam adalah untuk menjaga lima hal, yaitu agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Wabah virus Covid-19 ini secara langsung telah mengancam diri dan jiwa manusia itu sendiri. 

"Karena wabah tersebut telah membuat banyak orang menjadi sakit dan bahkan juga sudah banyak yang meninggal," ujarnya.

Anwar menambahkan, dalam Islam, hukum menjaga diri dan diri orang lain agar tidak jatuh ke dalam kebinasaan adalah wajib. Karena itu, bagi MUI, jika penyebaran virus itu masih tidak terkendali, maka jangan dulu berkumpul-kumpul.

"Dan kalau sudah terkendali ya silakan berkumpul-kumpul. Tetapi meskipun sudah boleh berkumpul-kumpul, MUI tetap mengimbau umat dan masyarakat untuk tetap berhati-hati dengan memperhatikan protokol medis yang ada," ucapnya. 

Namun jika status penyebaran virus Covid-19 tidak atau belum terkendali lalu tetap ingin berkumpul-kumpul, maka boleh-boleh saja. Tetapi dengan syarat yang ketat dan setiap orang harus bisa melindungi dirinya dan orang lain secara baik.

"Kalau itu bisa dilakukan ya tidak masalah. Silakan, tetapi kalau tidak bisa, maka jangan. Karena mudharatnya jauh lebih besar dari manfaatnya," katanya. 

Soal perlu-tidaknya fatwa dalam memutuskan relaksasi penutupan masjid, Anwar menilai tidak perlu. Sebab menurut dia fatwa MUI 14/2020 sudah bisa memberikan pedoman kepada umat Muslim dan masyarakat tentang bagaimana harus bersikap.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement