REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Brasil mengumumkan sebanyak 11.385 kasus baru Covid-19 terjadi dalam 24 jam. Total kasus infeksi virus corona di Brasil menjadi 188.974 per Rabu (13/5), sementara angka kematian bertambah 749 menjadi 13.149 kasus.
Jumlah kasus infeksi tersebut saat ini menjadikan Brasil sebagai negara terparah keenam di seluruh dunia dalam pandemi Covid-19. Jumlahnya menyusul Amerika Serikat, Spanyol, Rusia, Britania Raya, dan Italia.
Perekonomian Brasil terpukul keras akibat wabah ini seiring dengan langkah penanggulangan dari pemerintah negara bagian dengan menghentikan sebagian besar kegiatan bisnis. Pemerintah negara bagian juga meminta masyarakat tinggal di rumah, sebagaimana yang dilakukan banyak negara di dunia.
Presiden Jair Bolsonaro berselisih dengan para gubernur negara bagian dalam beberapa pekan belakangan terkait aturan karantina wilayah. Ia menyebut bahwa penguncian wilayah justru menimbulkan lebih banyak kerugian dibandingkan penyakit Covid-19.
"Akan ada titik di mana orang-orang yang lapar turun ke jalan," kata Bolsonaro, yang sebelumnya menyatakan pusat kebugaran dan salon sebagai layanan esensial sehingga bisa kembali beroperasi, di tengah silang pendapat itu.
Pada hari yang sama, Kementerian Ekonomi memprediksi bahwa perekonomian Brasil akan menyusut hingga 4,7 persen pada 2020 yang merupakan penurunan terbesar di negara itu sejak tahun 1900-an. Menurut kementerian, setiap satu pekan perpanjangan masa karantina wilayah di Brasil memakan biaya 20 miliar real Brasil, atau setara Rp 50 triliun.
Walaupun demikian, Joao Doria, Gubernur Negara Bagian Sao Paulo atau wilayah terpadat dan episentrum wabah di Brasil, menyatakan tidak akan mematuhi peraturan yang dikeluarkan Bolsonaro. Setidaknya 10 gubernur negara bagian lainnya juga menyatakan keputusan serupa, dilansir dari Reuters.