REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan kucing dapat saling menularkan infeksi virus corona jenis baru (Covid-19). Bahkan, penularan bisa terjadi seperti halnya antara manusia, yakni saat hewan ini tak memiliki gejala apapun.
Tim peneliti tergabung dari Fakultas Kedokteran Hewan University of Wisconsin, University of Wisconsin-Madison, University of Tokyo, dan beberapa ilmuwan dari Amerika Serikat (AS) dan Jepang. Terdapat enam kucing yang dilibatkan dalam studi dan tiga di antaranya diinolukasi dengan SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19.
Dari sana, ditemukan tiga ekor kucing tertular virus dari kucing yang sudah diinokulasi. Setiap kucing yang sehat ditempatkan di kandang dengan salah satu yang terinfeksi, untuk menilai apakah penularan melalui kontak langsung dapat terjadi di antara hewan berkaki empat ini. Hanya beberapa waktu setelahnya, virus terdeteksi pada ketiga kucing yang sebelumnya tidak terinfeksi.
“Kucing tanpa infeksi sebelumnya digabungkan dengan kucing yang diinokulasi pada hari pertama. Dua hari kemudian (hari ketiga), salah satu kucing tanpa infeksi sebelumnya terdeteksi memiliki virus menular dalam spesimen usap hidung, dan lima hari kemudian, virus terdeteksi pada ketiga kucing yang bersama dengan kucing yang diinokulasi,” ujar tim peneliti dalam studi yang dipublikasikan di New England Journal of Medicine (NEJM), dilansir Fox News pada Jumat (15/5).
Kucing dapat melepaskan partikel virus selama empat hingga lima hari dan semuanya bisa kembali bebas virus setelah enam hari. Namun, para peneliti mencatat belum ada kucing yang menunjukkan gejala virus selama periode tersebut, dengan materi genetik terdeteksi.
Sejak pandemi Covid-19 melanda dunia, terdapat berbagai laporan tentang kucing, baik dari jenis domestik maupun liar yang tertular virus corona jenis baru dari manusia. Bahkan, seekor harimau di Kebun Binatang Bronx di New York juga diketahui positif terinfeksi virus pada awal April, setelah kemungkinan terpapar oleh pekerja yang terinfeksi.
Kemudian, pada bulan yang sama, dua kucing di New York juga menjadi hewan peliharaan pertama di AS yang dinyatakan positif. Meskipun para ahli berpendapat ada bukti terbatas pada saat ini yang menunjukkan hewan peliharaan dapat menyebarkan virus ke manusia, para peneliti dalam studi terbaru mengatakan temuan membuat penyelidikan lebih lanjut mengenai rantai potensial penularan antara kucing dan manusia perlu dilakukan.
“Ini sangat penting mengingat potensi penularan SARS-CoV-2 antara anggota keluarga di rumah dengan kucing, karena hewan ini saat terinfeksi virus mungkin tidak menunjukkan gejala yang dapat dikenali oleh pemiliknya,” jelas tim peneliti.
Tim peneliti menggarisbawahi adanya keperluan untuk menghentikan pandemi Covid-19 melalui berbagai mekanisme. Termasuk di dalamnya adalah dengan memutus rantai penularan. Oleh karena itu, dibutuhkan pemahaman yang lebih baik tentang peran kucing dalam transmisi SARS-CoV-2 ke manusia.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) juga telah memberi panduan kepada orang-orang yang memiliki hewan peliharaan di tengah pandemi Covid-19. Mereka diminta untuk membatasi kontak dengan hewan peliharaan, serta hewan lainnya, seperti yang juga dilakukan dengan sesama manusia.