REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - ASEAN didesak oleh Amnesty International untuk melakukan pendekatan bersama dalam menangani masalah pengungsi Rohingya. Hingga kini, banyak pengungsi dari etnis Rohingya dari Myanmar maupun Bangladesh terlantar di lautan ketika hendak menuju negara sekitar.
Terdamparnya para pengungsi Rohingya di lautan tidak lain karena penolakan beberapa negara oleh karena negara-negara menutup perbatasan daratnya. Menurut Juru Kampanye Amnesty International untuk Wilayah Asia Selatan (SARO), Saad Hammadi, para pengungsi terdampar di tengah laut dan banyak yang meninggal selama mereka mencari tempat menepi.
"Sangat penting bahwa negara-negara berbagi tanggung jawab bahwa itu adalah respons regional (dalam hal ini ASEAN) dan tidak hanya jatuh pada satu atau dua negara karena itulah akan menggerakan semua negara dan membawa harmoni di antara orang-orang," kata Saad dalam diskusi virtual yang diselenggarakan Amnesty International Indonesia, Jumat (15/5).
Saad mengatakan pengungsi Rohingya tidak memilih negara tujuan berdasarkan kehidupan layak. Namun, mereka putus asa dan berpindah untuk bertahan hidup dan sangat membutuhkan bantuan dengan segera.
Dia memahami bahwa negara-negara memiliki keterbatasan dalam menampung para pengungsi. Namun, hal tersebut tidak mengurangi tanggung jawab negara-negara ketika orang membutuhkan dukungan terlebih dalam krisis pandemi saat ini.
"Itu adalah tanggung jawab mereka dan dalam prinsip-prinsip itu negara-negara telah bersatu dalam berbagai prinsip HAM," kata dia.
Peneliti Amnesty International Indonesia Domonique Virgil menilai rekomendasi dari pihaknya untuk negara-negara ASEAN dalam merespons pengungsi Rohingya sudah tertuang dalam panduan internasional yang dikeluarkan oleh Organisasi International untuk Migrasi (IOM).
"Negara-negara yang melakukan operasi pencarian dan penyelamatan perlu memberikan penampungan sementara dengan tempat yang aman juga. Dan itu termasuk beberapa bentuk perumahan atau tempat berlindung yang juga dapat menjaga mereka dari pandemi itu sendiri," ujar Dominique dalam diskusi yang sama.