Sabtu 16 May 2020 05:10 WIB

Perjuangan Mualaf Sean Bessit di Puasa Ramadhan Pertamanya

Bagi mualaf Sean Bessit, puasa Ramadhan saat pandemi covid-19 menghadirkan tantangan.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
 Perjuangan Mualaf Sean Bessit di Puasa Ramadhan Pertamanya. Foto: Ekspatriat di Uni Emirat Arab (Ilustrasi)
Perjuangan Mualaf Sean Bessit di Puasa Ramadhan Pertamanya. Foto: Ekspatriat di Uni Emirat Arab (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Para mualaf ekspatriat di Uni Emirat Arab (UEA) membagikan kisah mereka dalam mengikuti Ramadhan pertama di tahun ini. Ramadhan perdana bagi mereka itu sayangnya bertepatan dengan penyebaran virus corona jenis baru (Covid-19).

Dilansir di UAE News, Jumat (15/5),  salah satu cerita datang dari Sean Bessit. Tinggal di Timur Tengah, menjadi seorang Muslim dan berpuasa dari matahari terbit hingga terbenam adalah skenario yang Sean Bessit tidak pernah bayangkan satu dekade lalu. Dia tumbuh di sebuah rumah tangga Kristen di Skotlandia, bertempur di pasukan Inggris pada usia 16 tahun dan bertemu Muslim untuk pertama kalinya di Jerman pada akhir 1980-an.

Baca Juga

Bessit, yang sekarang berusia 51 tahun dan tinggal di Ajman, masuk Islam pada bulan Maret ini dan sedang mengamati Ramadhan pertamanya sebagai seorang Muslim baru. Dia mulai belajar tentang agama beberapa tahun yang lalu ketika dia melakukan beberapa kunjungan pertamanya ke UEA.

"Perusahaan tempat saya bekerja di Berlin mengirim saya ke UEA pada tahun 2016. Saya tidak pernah banyak berhubungan dengan Muslim dan saya hanya memiliki foto-foto militer dalam pikiran saya, seperti perang di Irak dan Afghanistan yang sedang berlangsung,” kata pria yang bekerja di perusahaan IT ini.

Kemudian ketika dia dipindahkan dan mulai tinggal di UAE, lanjutnya, dia menyadari sebagian besar temannya adalah Muslim dan terjalin hubungan yang menjadi sangat baik antara satu sama lain.

"Mereka mengajari saya lebih banyak tentang Islam dan mengubah pendapat saya. Ketika saya memeriksanya dengan lebih detail, saya menyadari bahwa itulah, ternyata Islam adalah yang saya cari," ungkapnya.

Berpuasa untuk Ramadhan juga menjadi pengalaman baru bagi Bessit yang mengatakan kepada The National bahwa perjalanannya berbeda dari yang ia harapkan. Dia mengatakan pembatasan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 telah menambah tantangan karena teman-temannya tidak tersedia untuk membantunya dengan doa yang dibacakan dalam bahasa Arab.

"Dengan cepat menjadi jelas bagi saya bahwa Ramadhan tidak hanya puasa," kata Bessit.

Dia menetapkan target untuk berdoa sesering mungkin, membaca dan memahami sebanyak mungkin dari Alquran. Melakukan hal-hal tersebut selama pemberlakuan lockdown akibat Covid-19 diakuinya menghadirkan tantangan yang lebih besar.

"Tantangan terbesar saya adalah mempelajari doa-doa dalam bahasa Arab dan melafalkannya, karena saya masih mengalami masalah. Youtube membantu dengan pengucapan tetapi sangat kontradiktif," ungkapnya.

Untuk sahur dan buka puasa,  Bessit mengaku memasak sendiri makanannya di rumah. Terkadang dia memesan pizza dan tak jarang pula memasak salah satu makanan favoritnya: uzbek pilov. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement