REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Sejumlah pedagang beras di Kabupaten Lebak, Banten mengeluhkan sepinya pembeli. Omzet mereka bahkan turun hingga 90 persen.
"Biasanya, omzet pendapatan Rp 5 juta, namun kini hanya Rp500/hari," kata Ujang (55), seorang pedagang beras di Pasar Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Sabtu (16/5).
Menurunya omzet pendapatan itu akibat pandemi virus corona atau covid-19. Hal ini menyebablan banyak lembaga kemanusiaan maupun perorangan menyalurkan bantuan bahan pokok berupa beras kepada masyarakat.
Pemerintah juga menyalurkan beras gratis kepada masyarakat berpenghasilan rendah melalui program e-waroeng dan banyaknya operasi pasar dengan menjual komoditas bahan pokok harga murah. Begitu juga petani di berbagai daerah di Kabupaten Lebak memasuki musim panen padi.
Dengan demikian, kata dia, masyarakat tentu tidak membeli beras ke pasar karena persediaan bahan pokok melimpah. "Kami sangat terpukul dengan sepinya pembeli itu," katanya.
Ujang (65) seorang pedagang mengaku bahwa dirinya sepanjang berprofesi pedagang beras selama 20 tahun kali pertama mengalami menurunnya omzet pendapatan hingga 90 persen. Pengalaman tahun-tahun lalu, meski penyaluran beras marak dilakukan berbagai lembaga kemanusiaan maupun operasi pasar tidak menimbulkan dampak terhadap turunnya omzet pendapatan yang signifikan.
"Paling bantar menurun omzet pendapatan hingga 50 persen dan tidak mencapai 90 persen. Sekarang pendapatan hanya Rp 1 juta dari sebelumnya Rp 10 juta/hari," kata Baden saat ditemui di kiosnya di Pasar Rangkasbitung.
Berdasarkan pantauan, sejumlah kios pedagang beras di Pasar Rangkasbitung tidak banyak dipadati konsumen. Banyak pedagang hanya duduk-duduk sambil mengobrol menunggu pembeli.