Senin 18 May 2020 17:31 WIB

PPNI: 20 Perawat Gugur dalam Perang Lawan Corona

HIngga Senin (18/5), sudah 20 perawat meninggal akibat Covid-19.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Reiny Dwinanda
Petugas medis mengenakan alat pelindung diri lengkap di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Sejak Covid-19 mewabah di Indonesia, sudah 20 perawat meninggal dunia akibat infeksi virus corona tipe baru.
Foto: ADITYA PRADANA PUTRA/ANTARA FOTO
Petugas medis mengenakan alat pelindung diri lengkap di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Sejak Covid-19 mewabah di Indonesia, sudah 20 perawat meninggal dunia akibat infeksi virus corona tipe baru.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI) mendata ada 20 perawat yang kehilangan nyawa ketika bertugas menangani pandemi Covid-19. Mereka tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.

Pada Senin, (18/5), perawat bernama Ari Puspita Sari gugur di RS Royal Surabaya, Jawa Timur. Ari dikabarkan tengah hamil empat bulan saat bertugas. Ari beserta bayinya berpulang setelah mengalami komplikasi akibat terjangkit Covid-19.

Baca Juga

"Sampai hari ini, 20 perawat gugur saat bertugas. Itu jumlah yang kami kumpulkan sejak awal dinyatakan Indonesia dalam keadaan darurat tertentu penyakit akibat Covid-19," kata Ketua Umum DPP PPNI Harif Fadillah saat dikonfirmasi Republika.co.id pada Senin, (18/5).

Jumlah tenaga medis seperti dokter dan perawat yang meninggal akibat corona terus bertambah seiring pandemi corona yang tak kunjung reda. Hal ini diperparah dengan abainya masyarakat pada pedoman kesehatan yang menjadi protokol pencegahan Covid-19 sehingga memunculkan tagar #IndonesiaTerserah yang menggambarkan bahwa petugas medis sudah tak lagi kuat menangani corona.

Lewat tagar tersebut, petugas medis mengungkapkan bahwa mereka yang bekerja mati-matian di garda terdepan seolah sia-sia jika masyarakat mengabaikan pedoman kesehatan. Apalagi mendekati musim mudik ini, ada saja warga yang memaksakan kembali ke kampung halaman. Tak menutup kemungkinan, penyebaran corona akan menyasar pelosok karena pergerakan pemudik.

Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo pun mengungkapkan bahwa, sejak awal pemerintah telah menempatkan masyarakat sebagai ujung tombak pencegahan penyebaran infensi virus corona. Menurutnya, apabila jumlah kasus positif melonjak tajam dan kapasitas rumah sakit membeludak, maka yang kewalahan adalah tenaga medis.

"Untuk video Indonesia Terserah, kami jelaskan bahwa kita sangat tidak berharap kalangan dokter menjadi kecewa. Jangan dibiarkan dokter kita kelelahan. Jangan dibiarkan dokter kehabisan waktu dan tenaga," ujar Doni usai mengikuti rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo, Senin (18/5).

Doni mengatakan, jumlah dokter di Indonesia masih sangat sedikit dibanding seluruh penduduk yang ada. Total dokter secara nasional tercatat kurang dari 200 ribu dengan jumlah dokter spesialis paru hanya 1.976 orang. Artinya ,satu orang dokter paru harus melayani sekitar 245 ribu penduduk.

"Apabila kita kehilangan dokter, kita akan kerugian besar. Mari kita bekerja sama. Cegah dan hindari jangan sampai kita sakit," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement