REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Utusan Khusus PBB untuk Suriah Geir Pedersen mendesak Rusia dan Amerika Serikat (AS) memanfaatkan momen ketenangan di Suriah untuk menjalin dialog tentang perdamaian. Dia berpendapat, sejak konflik di sana pecah pada 2011, telah banyak kesempatan penyelesaian perang melalui jalur politik hilang.
"Dengan sedikit ketenangan, dengan ancaman umum Covid-19 dan ISIS, dan dengan rakyat Suriah terus menderita, saya ingin menekankan, kerja sama internasional yang diperbarui dan bermakna, membangun kepercayaan serta keyakinan antara para pemangku kepentingan internasional dan dengan Suriah, sangat penting," kata Pedersen saat berbicara di Dewan Keamanan PBB, Senin (18/5), dikutip laman Aljazirah.
Pedersen menilai AS dan Rusia merupakan aktor penting dalam konflik Suriah. "Saya yakin bahwa dialog Rusia-Amerika memiliki peran kunci untuk dimainkan di sini dan saya mendorong mereka untuk mengejarnya," ujarnya.
Menurut dia, persatuan dalam mendukung upaya terbaru terkait proses politik di Suriah dibutuhkan. Penyelesaian konflik di negara tersebut berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB tahun 2015, termasuk menyusun konstitusi baru serta penyelenggaraan pemilu yang diawasi PBB.
Pedersen adalah orang keempat yang berupaya memediasi konflik di Suriah. Tiga orang pendahulunya gagal. Sebelum Pedersen, jabatan utusan khusus PBB untuk Suriah disandang Staffan de Mistura. Dia mengundurkan diri pada Januari 2019.
Konflik Suriah yang telah berlangsung selama sembilan tahun telah memakan korban ratusan ribu jiwa. Puluhan juta penduduk Suriah pun terpaksa mengungsi dan mencari suaka ke berbagai negara Eropa, Asia, maupun Amerika.