REPUBLIKA.CO.ID, EDMONTON -- Pemuda Muslim Edmonton membuat gerakan besar selama bulan Ramadhan untuk membantu sebuah masjid Edmonton agar tetap membuka pintunya. Dilansir di Global News, Rabu (20/5) Masjid Sahaba, juga dikenal sebagai Downtown Islamic Association, mengalami masalah pendanaan ketika pembatasan pengumpulan massal karena Covid-19 sehingga memotong sebagian besar penggalangan dana masyarakat.
Tempat berkumpulnya umat Islam ini telah menjadi bagian besar dari wilayah Edmonton sejak dibuka pada 1997. Saat ini telah beroperasi di dua lokasi.
"Masjid meningkatkan sekitar 40 hingga 80 persen dari pendapatan tahunan mereka selama Ramadhan, selama jamaah besar yang hadir. Dengan Ramadhan di masjid dibatalkan, maka mereka membutuhkan penggalangan dana," kata penyelenggara penggalangan dana Ahmed Ali.
Kini anggota komunitas muda meningkat, sehingga mereka dapat menggunakan keterampilan media sosial dan teknologi mereka untuk meluncurkan kampanye yang mengumpulkan lebih dari 55 ribu dolar AS atau sekitar Rp 810 juta untuk biaya operasi dalam beberapa pekan.
"Tanggapan yang kami dapatkan sangat besar. Dalam 24 jam pertama kami mengumpulkan 16 ribu dolar AS, yang mencakup sekitar satu bulan biaya untuk masjid," kata Alim.
Mereka menggalang dana dalam bentuk video. Dalam video itu kaum muda berbagi pesan singkat, berbicara tentang apa arti masjid bagi mereka.
Abdishakour Mohamed, imam Masjid Sahaba, mengatakan video dan upaya yang ditampilkan dari kaum muda dan remaja telah menyentuhnya. “Itu benar-benar luar biasa. Mereka semua mengoordinasikan upaya ini,” kata Mohamed.
Mohamed melanjutkan pemuda Muslim juga memiliki kesibukan. Mereka juga berpuasa di siang hari dan ibadah di malam hati. Mereka masih datang dan melangkah maju dan menunjukkan semua pengabdian ini pada masjid. Itu menunjukkan Masjid Sahaba benar-benar sesuatu yang istimewa di hati mereka.
Mohamed mengatakan para pemimpin masjid tidak yakin apa yang harus dilakukan untuk menjaga pendanaan selama pandemi. Masjid ini menawarkan berbagai layanan sosial dan darurat serta program Islam mingguan, banyak tanpa biaya kepada masyarakat.
“Kami menggaruk-garuk kepala. Kami sangat senang ketika kami mendengar pemuda telah memulai kampanye. Kami khawatir tidak ada yang datang ke sini. Kami tidak terbiasa melakukan kampanye online. Itu adalah pertama kalinya kami aktif online untuk ceramah," ujar dia.