REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China tidak akan memasang target pertumbuhan ekonomi untuk tahun ini. Sebab, negeri tirai bambu tersebut baru saja mengalami kejatuhan ekonomi yang cukup dalam akibat pandemi Covid-19.
Langkah ini merupakan pertama kalinya dilakukan oleh China sejak 1990 silam. Rencana tersebut diumumkan langsung oleh Perdana Menteri China, Li Keqiang, pada saat pertemuan tahunan bersama anggota parlemen China.
"Ini karena negara kita akan menghadapi beberapa faktor yang sulit diprediksi perkembangannya karena ketidakpastian akibat Covid-19," kata Li dikutip BBC, Jumat (22/5).
Perekonomian China tumbuh negatif sebesar 6,8 persen pada kuartal I 2020. Pelemahan itu disebabkan oleh diberlakukannya kebijakan lockdown untuk mencegah penyebaran Covid-19. Akibatnya, aktivitas bisnis pun melambat.
Para pemimpin China berjanji akan fokus mendorong aktivitas perekonomian. Pemerintah China saat ini sedang berupaya menghindari gelombang besar pengangguran karena dinilai dapat mengancam kestabilan sosial negara.
Di sisi lain, hubungan antara China dan Amerika Serikat (AS) kembali memanas. Kondisi ini dipicu oleh sejumlah hal yaitu perang dagang, pandemi Covid-19 hingga permasalahan yang terjadi di Hong Kong. China khawatir situasi ini dapat mengganggu kestabilan negaranya.