Senin 25 May 2020 07:05 WIB

Kematian Covid-19 Naik, Warga AS Malah Liburan di Pantai

Masih banyak warga AS cuek dengan pandemi covid-19.

Rep: Adysha Citra Ramadhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Spanduk Presiden Trump pada bendera Amerika dibawa oleh kerumunan demonstran yang menuntut peraturan dirumah saja dicabut saat demonstrasi Liberate Minnesota di St. Paul, Minn, Jumat (17/4). Semakin banyak protes yang dipentaskan di seluruh Amerika Serikat untuk menentang peraturan yang menganjurkan dirumah saja saat masa pandemic virus Corona.
Foto: Evan Frost / Minnesota Public Radio via AP
Spanduk Presiden Trump pada bendera Amerika dibawa oleh kerumunan demonstran yang menuntut peraturan dirumah saja dicabut saat demonstrasi Liberate Minnesota di St. Paul, Minn, Jumat (17/4). Semakin banyak protes yang dipentaskan di seluruh Amerika Serikat untuk menentang peraturan yang menganjurkan dirumah saja saat masa pandemic virus Corona.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Total kasus kematian akibat Covid-19 di Amerika Serikat (AS) hampir menembus angka 100 ribu per 24 Mei 2020. Ironisnya, cukup banyak warga AS yang tampak cuek dan memilih berlibur dan berjemur di pantai di saat pandemi Covid-19.

Pekan liburan Memorial Day di AS tahun ini ditandai dengan banyaknya orang-orang yang memadati Ocean City, Maryland. Hanya sedikit dari kerumunan warga tersebut yang terlihat menggunakan masker wajah.

Baca Juga

Pemandangan yang sama juga terlihat di pantai-pantai AS. Di pantai, hanya sedikit orang yang terlihat berktivitas sambil mengenakan masker wajah.

Orang-orang yang datang ke pantai tampak berkumpul dalam kelompok kecil dan menjaga jarak dengan orang lain. Mereka juga tampak menghindari permainan seperti bola voli dan Frisbee.

Seorang warga bernama Bruce Clark mengaku pergi berlibur ke pantai karena merasa tidak terlalu khawatir dengan pandemi Covid-19. Selain itu Clark juga mengaku senang pergi keluar.

"Tapi buat mereka yang khawatir, saya menyarankan mereka tetap di rumah. Saya senang keluar," ujar Clark, seperti dilansir Reuters.

Ketidakpedulian sebagian warga AS ini tentu menjadi ironi tersendiri, mengingat kasus kematian yang terjadi bukan sekedar angka. Tiap korban memiliki kehidupan yang berarti. Oleh karena itu, The New York Times berupaya untuk membuka mata warga AS dengan menampilkan sisi kemanusiaan dari 1.000 korban yang kehilangan nyawa akibat Covid-19 pada edisi terbarunya.

"Kami mencoba memanusikan angka-angka ini yang terus bertambah besar," ungkap editor nasional The New York Times Marc Lacey.

Di antara 1.000 korban tersebut, ada Lila Fenwick yang berusia 87 tahun. Fenwick merupakan perempuan berkulit hitam pertama yang lulus dari Harvard Law.

Saat ini, seluruh negara bagian di AS telah melonggarkan aturan terkait pandemi Covid-19. Di beberapa negara bagian seperti Illinois dan New York, restoran-restoran masih menutup layanan makan di tempat. Akan tetapi, di banyak negara bagian daerah selatan, banyak usaha yang kembali buka dengan restriksi kapasitas pengunjung.

Tenaga kesehatan dan sebagian besar gubernur telah mengimbau masyarakat untuk menggunakan masker setiap kali beraktivitas di luar rumah. Akan tetapi, imbauan ini justru diprotes dan ditolak oleh sebagian warga.

Beragam unggahan di sosial media menunjukkan beberapa tempat usaha menolak pengunjung yang tidak menggunakan masker untuk menutup hidung dan mulut mereka. Para pengunjung ini memberi respon yang sangat negatif dan penuh amarah.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement