Selasa 26 May 2020 22:26 WIB

Pasca Pandemi, Uranium Akan Ambil Alih Energi Primer

Sumber daya uranium meningkat sekitar 25 persen selama dekade terakhir,

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Fuji Pratiwi
Uranium (ilustrasi).
Foto: nuclearfissionary.com
Uranium (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Komite Uranium dari Divisi Mineral Energi dari American Association of Petroleum Geologists baru saja merilis draft Laporan Tahunan 2020 minggu lalu. Di dalamnya tercatat harga dan pasokan uranium diprediksi akan cukup bagus.

Komite Uranium memantau kegiatan industri uranium global, logam tanah jarang, dan produksi listrik dari tenaga nuklir. Karena ini mendorong eksplorasi dan pengembangan uranium di Amerika Serikat dan luar negeri.

Baca Juga

Senator Lisa Murkowski menjelaskan, adanya pandemi ini menunjukan rantai pasokan energi sangat lemah. Namun, dengan energi baru menjadi angin segar dan bisa menjadi panggung baru.

"Masyarakat teknologi modern membutuhkan banyak logam langka, seperti litium, kobalt, vanadium dan neodimium, dan uranium jika Anda memiliki tenaga nuklir. 

Faktanya, kata Lisa, ada 35 mineral yang sangat penting bagi masyarakat. Sayangnya, lanjut dia, perusaannya tidak memproduksi banyak dari mereka di Amerika Serikat, tetapi bergantung pada negara lain seperti Cina untuk pasokan kami," ujar Lisa seperti dilansir dari Forbes, Selasa (26/5).

Ia memperkenalkan kembali Undang-Undang Keamanan Mineral Amerika-nya secara khusus untuk memperkuat upaya-upaya tersebut. RUU itu, yang agak bipartisan, berupaya membangun kembali rantai pasokan mineral domestik melalui survei geologis, peramalan, pelatihan tenaga kerja, penelitian dan pengembangan, daur ulang, dan proses perizinan yang lebih efisien.

"Tetapi uranium tampaknya berjalan cukup baik. Amerika Serikat memiliki lebih banyak pembangkit listrik tenaga nuklir daripada siapa pun, dan merupakan produsen tenaga nuklir terbesar di dunia, menyumbang lebih dari 30 persen pembangkit listrik tenaga nuklir di seluruh dunia," ujar Lisa.

Menurut Administrasi Informasi Energi Amerika Serikat, AS menghasilkan total 170.000 lbs U3O8 (65,4 tU) konsentrat uranium dari semua sumber domestik pada tahun 2019, 89 persen lebih sedikit dari pada 2018, yang itu sendiri adalah 33 persen lebih sedikit dari pada 2017. Produksi 2018 terutama dari enam fasilitas: lima pabrik resapan in-situ di Nebraska dan Wyoming (Operasi Crow Butte, Lost Creek Project, Ross CPP, North Butte, dan Smith-Highland Operation) dan satu tambang bawah tanah.

"Ada banyak dan lebih banyak uranium telah ditemukan. Sumber daya uranium meningkat sekitar 25 persen selama dekade terakhir, yang telah membuat harga tetap rendah dan menjadi komoditas baru yang menarik," ujar Lisa.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement