Rabu 27 May 2020 18:47 WIB

Ortu di Bukittinggi Sebut Anak Jadi Malas Saat tak Sekolah

Wali Kota Bukittinggi menerima keluhan anak jadi bandel selama sekolah libur.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Dwi Murdaningsih
Seorang fotografer memotret suasana sepi libur Lebaran dari Jam Gadang Bukittinggi, Sumatera Barat, Senin (25/5/2020). Meskipun masih dalam masa PSBB hingga 29 Mei 2020, objek wisata aikonik di Sumbar itu masih dikunjungi pengunjung.
Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Seorang fotografer memotret suasana sepi libur Lebaran dari Jam Gadang Bukittinggi, Sumatera Barat, Senin (25/5/2020). Meskipun masih dalam masa PSBB hingga 29 Mei 2020, objek wisata aikonik di Sumbar itu masih dikunjungi pengunjung.

REPUBLIKA.CO.ID, BUKITTINGGI -- Wali Kota Bukittinggi Ramlan Nurmatias mengatakan pihaknya berencana tidak melanjutkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Beberapa faktor yang mendorong hal itu menurut Ramlan adalah penambahan kasus positif covid-19 dari Bukittinggi sudah mulai melandai.

Pasien positif covid-19 Bukittinggi mayoritas sudah sembuh dan tidak ada lagi penambahan klaster penularan virus corona di Kota Wisata tersebut. Selain itu, menurut Ramlan ada beberapa faktor sosial dan ekonomi yang membuat Pemko Bukittinggi tidak lagi melanjutkan PSBB.

Baca Juga

Salah satu contoh disebutkan Ramlan adalah para orang tua murid yang mengeluhkan sikap anak-anaknya yang berubah sejak sekolah diliburkan 3 bulan terakhir.

"Para orang tua mengeluhkan anak-anaknya berbeda sejak tidak lagi pergi sekolah. Banyak anak-anak yang pemalas dan nakal," kata Ramlan saat menerima kunjungan Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit di Balaikota Bukittinggi di Gulai Bancah, Rabu (27/5).

Ramlan menyebut pihaknya bersama jajaran sudah mengkaji kemungkinan membuka kembali aktivitas sekolah. Di antaranya membatasi jam belajar para siswa.

Di hari-hari normal, jam masuk sekolah sekitar 7 sampai 8 jam termasuk jam istirahat. Nanti pasca covid, jam sekolah hanya 3,5 jam. Dalam waktu 3,5 jam tersebut siswa belajar penuh tanpa istirahat.

Setelah selesai, siswa langsung dipulangkan. Dan yang sekolah menurut Ramlan hanya dibuka untuk kelas 2 SD ke atas, SMP dan SMA sederajat. Sekolah setingkat PAUD, TK dan SD kelas I dan II tidak diperkenankan kembali sekolah karena usia masih cukup rentan.

Sebelum sekolah dimulai, semua guru dan pelajar menurut Ramlan akan diwajibkan ikut pengambilan swab untuk memastikan semua guru dan siswa negatif dari virus corona. Begitu juga dengan seluruh pegawai yang ada di sekolah tersebut.

"Protokol kesehatan tentu akan kita terapkan sepanjang sekolah berlangsung," kata Ramlan.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement